Jakarta, RMOL. Dunia mencatat Perdana Menteri Turki Recep Tayyep Erdogan sebagai pemimpin kharismatik dan disegani. Ia bukan saja dielu-elukan oleh rakyatnya di dalam negeri sebagai "satrio piningit" yang berhasil mengeluarkan Turki dari kemelut kriris dan mengupayakan perbaikan, kemajuan, serta kemakmuran, tetapi juga disanjung pula oleh dunia luar, utamanya dunia Islam, sebagai sosok dan ikon pemimpin pemberani.
Atas berbagai prestasi dan pencapaian yang berhasil dilakukan, Erdogan pun dianugerahi King Faisal International Prize (KFIP, Jaizah al-Malik Faishal al-'Alamiyyah) pada tahun 2010 ini untuk bidang pelayanan dunia Islam (Khidmah al-Islam).
Sekjen KFIP Abdullah al-Utsaimain mengatakan Erdogan patut dinobatkan sebagai peraih KFIP karena berbagai terobosan dan prestasinya selama memimpin beberapa jabatan, di antaranya Wali Kota Istanbul, Ketua Partai Adalet ve Kalikinma, hingga Perdana Menteri Turki.
Ketika Erdogan menjadi Wali Kota Istanbul di akhir dekade 90-an, ia berhasil mengembangkan bekas ibu kota imperium Ottoman (Utsmaniyyah) itu yang kehilangan ruh dan gairahnya pasca bercokolnya rezim sekuler Ataturk. Kebersihan, ketertiban, membaiknya pelayanan, pemberantasan korupsi, hingga berkurangnya arus kemacetan merupakan beberapa prestasi Erdogan saat memimpin kota Istanbul.
Pada tahun 2001, Erdogan mendirikan Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) atau Partai Keadilan dan Pembangunan bersama Abdullah Gul (kini Presiden Turki) dan Bulent Irinc (mantan Ketua Parlemen Turki). Setahun pasca pendiriannya, yaitu pada pemilu yang digelar pada medio 2002, AKP menuai kemenangan yang mengejutkan. Kemenangan tersebut mengantarkan Erdogan menjadi PM Turki dan Irinc sebagai Ketua Parlemen Turki. Kemenangan gemilang AKP juga berlanjut pada pemilu 2007, bahkan mengantarkan Abdullah Gul menjadi Presiden Turki.
Terkait partai diriannya, Erdogan menegaskan jika partainya sama sekali bukan partai Islam, tetapi partai sekuler yang menghormati agama. Meski demikian, tak ada yang meragukan jika Erdogan adalah sosok Hoja (Kiyai) dan AKP adalah partai berspirit Islam-moderat. Dalam hal ini, mungkin Erdogan ingin bermain mulus dengan sistem negara yang ultra-konservatif-sekuler, sekaligus tak ingin dicurigai oleh Uni Eropa dan Amerika, agar menuai simpati.
Sejak dipimpin oleh Erdogan dan AKP, Turki yang semula berhaluan sekuler-radikal perlahan-lahan mulai berubah. Hawa keislaman yang semula sangat tabu karena digerus oleh ideologi sekuler pemerintah, perlahan mulai menggeliat dan kembali menemukan gairahnya.
Tak hanya itu saja, Erdogan juga berhasil menciptakan "keajaiban" di dalam negeri. Ekonomi Turki yang semula morat-marit, segera pulih. Inflasi terkendali dan menurun tajam: sekarang di bawah 8 persen/tahun. Perekonomian tumbuh konsisten 7 persen sampai 8 persen/tahun. Pengangguran berkurang, bahkan standar upah minimun pekerja dinaikkan. Mata uang Lira juga menguat. Bayangkan: kurs Lira Turki yang semula bernilai jutaan di hadapan dolar Amerika menjadi 1 dolar Amerika kini senilai 1,5 Lira Turki saja.
Perundingan dan langkah Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa pun mengalami perkembangan yang sangat signifikan di masa pemerintahan Erdogan. Maka, berbagai macam reformasi dilakukan sebagai pra-syarat dan standar menjadi bagian masyarakat Eropa yang civilized (mutamaddin), mulai dari soal HAM, pendidikan, undang-undang, dan birokrasi.
Salah satu dampak positif dari reformasi ini adalah terbukanya pintu kesetaraan dan keadilan bagi ras-ras minoritas di Turki yang semula terpinggirkan, utamanya ras Kurdi yang dicap sebagai pemberontak dan musuh negara. Bahasa Kurdi yang semula dilarang dipergunakan di khalayak umum pun diperbolehkan. Kran perundingan dengan sayap Kurdistan pun dibuka lebar.
Atas berbagai macam prestasi itulah, Erdogan mendapatkan tempat dan kepercayaan di hati rakyatnya. Erdogan menjadi idola dan pahlawan rakyat. Simpatisan AKP pun kian berlipat dan kembali memenangkan pemilu di tahun 2007. Erdogan kembali dipilih sebagai PM dan Abdullah Gul terpilih sebagai Presiden.
Selanjutnya, Turki mulai bermain di kancah internasional dengan melakukan berbagai macam manuver politik luar negeri yang mengejutkan. Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki yang juga professor bidang politik, menegaskan bahwa Turki tidak akan menjadi penonton dan pengikut, tetapi menjadi pemain, penentu kebijakan, dan pengubah. [fik]
Senin, 25 Januari 2010
Browse » Home »
Internasional
» Erdogan, Penjual Roti yang Jadi Ikon Pemimpin Dunia Islam
Erdogan, Penjual Roti yang Jadi Ikon Pemimpin Dunia Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Erdogan, Penjual Roti yang Jadi Ikon Pemimpin Dunia Islam”
Posting Komentar