tajuk rencana Suaramerdeka.comMulai hari ini, Rabu 16 Juni sampai 20 Juni mendatang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) II di Hotel Ritz-Carlton. Perhelatan sengaja digelar di hotel mewah selain karena daya tampung ballroom yang besar, juga karena PKS menikmati diskon yang besar. Dengan biaya mencapai Rp 10 Miliar, Munas kali ini tentu boleh dibilang akbar karena pengurus partai di seluruh lapisan mulai dari DPD, DPW, DPP dan tentu juga para legislator.
Sebelum masuk ke persoalan strategis partai, ada yang usil bertanya, eh kenapa pula PKS menggelar acara di sebuah hotel milik usahawan Amerika Serikat ? Boleh juga kan bertanya, kenapa pula Ritz-Carlton memberikan diskon besar ? Soal diskon ini tentu menarik, karena PKS yang selama ini cukup garang dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan luar negeri AS ternyata memilih Ritz-Carlton juga. Tapi, sekitar isu ini sebaiknya dilewatkan saja, karena ada masalah yang lebih penting.
Harus jujur diakui bahwa sejak kelahirannya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tampil berbeda dibandingkan dengan partai-partai lain. Para kader partai mampu menampilkan diri sebagai politisi yang terkenal bersih dan sejuk. Bahkan, di saat menggelar demo pun, partai ini mampu mendisiplinkan anggotanya untuk menjaga ketertiban. Beberapa tahun lalu mampu menampilkan demo yang sejuk, bahkan anak-anak juga diajak serta. Peristiwa ini tentu dicatat rakyat.
Penampilan partai yang sejuk seperti itu tentu amat didambakan masyarakat. Bukankah masyarakat selalu was-was dan deg-degan setiap kali ada demo digelar. Tetapi, jika PKS yang melakukannya, ribuan kader berpakaian putih itu berjalan sangat santun. Kesantunan ini yang sebenarnya menaikkan perolehan suara di setiap pemilu. Jika PKS mampu menjaga kesantunan berpolitik, termasuk menjaga ”kebersihan” kadernya, niscaya partai ini masih bisa dipercaya.
Jika boleh dibilang tantangan, tetapi mungkin juga peluang adalah apakah PKS mampu menjaga citra partai sedemikian konsisten di tengah persaingan, godaan material, dan kader yang semakin berwarna-warni ? Juga, apakah PKS mampu menampilkan sosok partai Islam yang sejuk ? Karena faktanya, godaan bisa datang setiap saat, dan tentu amat susah yang menjaga idealisme dan ”kebersihan” satu per satu. Mekanisme pengendalian performa kader harus terus ditingkatkan.
Tidak mudah bagi PKS untuk membesarkan perolehan suara di atas 10 persen sepanjang tetap terperangkap pada slogan-slogan yang selama ini dijual. Sementara untuk bermetamorfosis menjadi partai Islam yang terbuka tidaklah terlalu mudah. Tetapi, jika secara konsisten memperjuangkan nilai-nilai moral, idealisme, kesantunan berpolitik, dan menampilkan diri sebagai sosok yang secara keseluruhan bersih dan berbeda, maka PKS akan semakin berkembang.
Sebelum masuk ke persoalan strategis partai, ada yang usil bertanya, eh kenapa pula PKS menggelar acara di sebuah hotel milik usahawan Amerika Serikat ? Boleh juga kan bertanya, kenapa pula Ritz-Carlton memberikan diskon besar ? Soal diskon ini tentu menarik, karena PKS yang selama ini cukup garang dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan luar negeri AS ternyata memilih Ritz-Carlton juga. Tapi, sekitar isu ini sebaiknya dilewatkan saja, karena ada masalah yang lebih penting.
Harus jujur diakui bahwa sejak kelahirannya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tampil berbeda dibandingkan dengan partai-partai lain. Para kader partai mampu menampilkan diri sebagai politisi yang terkenal bersih dan sejuk. Bahkan, di saat menggelar demo pun, partai ini mampu mendisiplinkan anggotanya untuk menjaga ketertiban. Beberapa tahun lalu mampu menampilkan demo yang sejuk, bahkan anak-anak juga diajak serta. Peristiwa ini tentu dicatat rakyat.
Penampilan partai yang sejuk seperti itu tentu amat didambakan masyarakat. Bukankah masyarakat selalu was-was dan deg-degan setiap kali ada demo digelar. Tetapi, jika PKS yang melakukannya, ribuan kader berpakaian putih itu berjalan sangat santun. Kesantunan ini yang sebenarnya menaikkan perolehan suara di setiap pemilu. Jika PKS mampu menjaga kesantunan berpolitik, termasuk menjaga ”kebersihan” kadernya, niscaya partai ini masih bisa dipercaya.
Jika boleh dibilang tantangan, tetapi mungkin juga peluang adalah apakah PKS mampu menjaga citra partai sedemikian konsisten di tengah persaingan, godaan material, dan kader yang semakin berwarna-warni ? Juga, apakah PKS mampu menampilkan sosok partai Islam yang sejuk ? Karena faktanya, godaan bisa datang setiap saat, dan tentu amat susah yang menjaga idealisme dan ”kebersihan” satu per satu. Mekanisme pengendalian performa kader harus terus ditingkatkan.
Tidak mudah bagi PKS untuk membesarkan perolehan suara di atas 10 persen sepanjang tetap terperangkap pada slogan-slogan yang selama ini dijual. Sementara untuk bermetamorfosis menjadi partai Islam yang terbuka tidaklah terlalu mudah. Tetapi, jika secara konsisten memperjuangkan nilai-nilai moral, idealisme, kesantunan berpolitik, dan menampilkan diri sebagai sosok yang secara keseluruhan bersih dan berbeda, maka PKS akan semakin berkembang.
Comments :
0 komentar to “PKS Menghadapi Tantangan Berat”
Posting Komentar