Jakarta (ANTARA News) - Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak keberatan jika warga mereka didekati Partai Keadilan Sejahtera untuk bergabung.
Tokoh PBNU Slamet Effendi Yusuf dan salah satu pimpinan Muhammadiyah Bachtiar Effendi dalam seminar "Tantangan Kepemimpinan Indonesia Masa Depan" yang diselenggarakan PKS di Jakarta, Sabtu, mengatakan, ormas mereka membebaskan warganya memilih partai apa pun.
"Bagi Muhammadiyah, PKS bukan ancaman. Lahan kita kan berbeda, kalau ada gesekan antara warga Muhammadiyah dan PKS, itu hal biasa," kata Bachtiar Effendi yang juga pengamat politik itu.
Menurut guru besar UIN Jakarta itu, Muhammadiyah membebaskan warganya untuk memilih partai. Namun secara organisasi, kedekatan Muhammadiyah dengan partai politik tidak sama.
"Kalau partai itu tidak mau memberantas korupsi, tentu akan dijauhi Muhammadiyah," katanya.
Sedangkan Slamet Effendi Yusuf mengingatkan, jika PKS ingin "masuk" ke kalangan NU, jangan coba-coba menghilangkan kultur NU yang ada.
"Rumusnyan kutur NU yang sudah ada jangan coba diubah-ubah," katanya.
Ia juga mengingatkan, jika PKS ingin menjadi partai yang terbuka, juga tidak boleh melupakan kultur atau basis para kader yang telah membesarkannya.
Selain Slamet dan Bachtiar, pembicara lain yang tampil dalam seminar itu adalah budayawan Frans Magnis Suseno, mantan petinggi TNI Letjen (purn) TB Silalahi, dan mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid.
(T.A041/S026)
Minggu, 20 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “NU dan Muhammadiyah Biarkan Warganya Didekati PKS”
Posting Komentar