Perang Gaza Bikin Inggris Pikirkan Kembali Senjata Untuk Israel

LONDON (SuaraMedia News) – Sebuah komite parlemen Inggris pada hari Minggu lalu mempertanyakan mengenai betapa mudahnya ekspor senjata Inggris disetujui, demikian dilansir oleh Guardian, menyinggung mengenai penggunaan perlengkapan dan persenjataan Inggris dalam agresi Jalur Gaza tahun lalu.

Operasi militer IDF di Gaza mendapatkan kecaman keras dan penyelidikan dari dunia internasional. Sebuah laporan PBB yang dipersiapkan oleh Hakim Richard Goldstone dari Afrika Selatan menuding Israel telah melakukan kejahatan perang .

“Patut disayangkan karena ekspor senjata ke Israel hampir pasti dipergunakan dalam Operasi Cast Lead,” kata komite pengendalian ekspor strategis Dewan Perwakilan Rakyat Inggris.

“Hal ini amat bertentangan dengan kebijakan pemerintah Inggris yang menyebutkan bahwa ekspor senjata ke Israel tidak boleh dipergunakan di wilayah terjajah.”

Setelah agresi tersebut, AS mencabut lima lisensi ekspor perusahaan Inggris yang menjual perlengkapan militer ke Israel karena apa yang mereka lakukan bertentangan dengan persyaratan penjualan.

Menteri Luar Negeri Inggris, David Miliband mengatakan bahwa konflik Gaza akan masuk dalam pertimbangan penjualan di masa mendatang. Para anggota dewan menyambut hal ini namun juga menyerukan agar diambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak terulang lagi.

Di antara perlengkapan militer yang dipertanyakan, ada komponen-komponen tampilan layar kokpit jet dan helikopter tempur, kendaraan angkut lapis baja, dan komponen senjata.

Hubungan antara Israel dan Inggris semakin tegang baru-baru ini, menyusul tudingan bahwa Israel memalsukan paspor Inggris yang dipergunakan dalam pembunuhan seorang komandan Hamas di Dubai.

Minggu lalu, Inggris mengusir seorang diplomat Israel dari negara tersebut. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa diplomat tersebut adalah seorang perwakilan Mossad di London.

Miliband mengatakan kepada parlemen Inggris bahwa setelah dilakukan penyelidikan terhadap dugaan pemalsuan 12 paspor Inggris, yang turut berperan dalam pembunuhan Mahmoud al-Mabhouh di Dubai, “Kami telah menyimpulkan bahwa ada alasan-alasan kuat untuk percaya bahwa Isael merupakan pihak yang bertanggung jawab atas penyalahgunaan paspor Inggris.”

“Pemerintah (Inggris) menganggap masalah ini amat serius. Penyalahgunaan paspor Inggris tidak dapat ditolerir,” katanya.

Pemerintah Inggris menyetujui ekspor senjata ke Israel senilai lebih dari £27,5 juta pada tahun 2008. Departemen-departemen pemerintah menyetujui lisensi ekspor senjata dan perlengkapan yang berfungsi ganda, militer dan sipil, senilai hampir £4 juta, sembilan bulan setelah agresi Gaza, hal tersebut terungkap dalam data statistik resmi.

Meski hal itu memperlihatkan penurunan signifikan, namun angka tersebut menunjukan bahwa Inggris terus menjual perlengkapan militer kepada Israel, termasuk amunisi ringan dan komponen senapan penembak jitu.

Sebagian besar perlengkapan yang diekspor merupakan komponen untuk benda-benda berukuran besar, termasuk komponen radar darat, mesin pesawat militer, perlengkapan navigasi pesawat militer, alat komunikasi militer dan pesawat tanpa awak.

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris memutuskan untuk mencabut sejumlah lisensi penjualan senjata ke Sri Lanka. Disebutkan bahwa penjualan senjata Inggris ke Sri Lanka pada masa gencatan senjata dalam konflik dengan Macan Tamil amat disesalkan.

Amnesti Internasional menyerukan kepada pemerintah untuk bertindak cepat untuk menutup celah yang memungkinkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Inggris untuk menjual senjata ke negara-negara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Direktur program Amnesti Internasional, Oliver Sprague, mengatakan: “Para pemimpin dan aktivis dunia telah bekerja terlalu keras untuk kesepakatan tersebut, dan hal itu hanya menjadi secarik kertas tidak berharga yang tidak banyak berarti untuk melindungi masyarakat dari kekerasan bersenjata.” (dn/jp/gd) www.suaramedia.com