
ANKARA (SuaraMedia News) – Presiden Turki mengatakan bahwa Afghanistan adalah milik rakyat Afghan dan masalah negara itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan strategi militer.
Abdullah Gul mengatakan kepada 28 menteri pertahanan negara-negara anggota NATO dalam sebuah pertemuan yang berlangsung selama dua hari di Istanbul, bahwa pasukan asing tidak boleh meninggalkan tanah yang hancur dari Afghanistan.
“Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) dan NATO tidak datang ke sana untuk mengubah identitas, budaya, nilai, dan tradisi masyarakat Afghan. Jika realita ini sepenuhnya dimengerti, akan jauh lebih mudah untuk mengisolasi ancaman teror dan meraih kemenangan,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa hampir 15 juta anak-anak Afghan membutuhkan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kesempatan kerja.
Ia juga menegaskan pentingnya melatih dan mempersenjatai pasukan Afghanistan dalam pertempuran mereka melawan terorisme dan kejahatan terorganisir.
Sementara itu, pucuk pimpinan NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengakui bahwa aliansi memperkirakan jumlah militan Taliban di Afghanistan telah tumbuh dari 400 di tahun 2004 menjadi sekitar 25.000 tahun lalu dan sekarang hampir 30.000.
Hal itu mendorong petinggi lain dan para analis untuk mengatakan bahwa Taliban kini sedang melakukan perang erosi melawan pasukan internasional.
Jumlah pasukan internasional di Afghanistan akan mencapai 140.000 dengan AS yang mengirim tambahan pasukan 30.000 dan sekutu lain mengirim 10.000.
Upaya internasional untuk menstabilkan Afghanistan dan meningkatkan kehidupan rakyatnya telah meleset dari target mereka. Terjadi kekerasan setiap hari di negara itu dan ekspektasi terus melebihi hasil yang dicapai.
Faktanya adalah, sejauh ini komunitas internasional belum meraih hasil yang sesuai dengan jumlah dana yang dikeluarkan, Afghanistan dan kawasan sekitarnya tidak dapat menjadi sumber kekhawatiran kedua, dan kawasan ini telah menjadi tong penuh bubuk mesiu bagi dunia yang taruhannya sangat tinggi.
Karena itu, cukup membesarkan harapan bahwa Presiden Barack Obama memahami fakta-fakta itu dan telah meninjau ulang kebijakan AS di Afghanistan.
Tahun lalu, Afghanistan telah menyelenggarakan pemilu presiden. Tahun ini, mereka akan mengadakan pemilu parlemen, menyelesaikan sebuah transisi ke demokrasi. Rakyat Afghan kini memiliki hak pilih universal.
Meski demikian, masih banyak yang harus dilakukan. Militer nasional Afghan terdiri atas prajurit-prajurit tangguh, namun memerlukan pelatihan dan perlengkapan yang lebih baik. Saat ini perlengkapan yang dimiliki pasukan ISAF masih jauh lebih baik daripada pasukan Afghan.
Salah seorang komandan Afghanistan merangkumnya seperti, “Jika ada yang harus mati demi Afghanistan, itu tidak boleh orang-orang dari bangsa asing. Harus putra-putra Afghanistan, dan mereka siap untuk melakukannya. Namun mereka harus diberi kesempatan yang adil untuk dapat berjuang demi negaranya. Mereka harus dipersenjatai dan dilatih dengan baik.”
Namun, tambahan pasukan dan uang saja tidak akan cukup. Pemerintah Afghan memerlukan pasukan militer untuk beroperasi dari posisi yang kuat. Namun, peningkatan nyata memerlukan pemerintah untuk merangkul setiap warga Afghan agar siap bekerja dengan sarana damai demi kebaikan negara mereka.
Upaya politik, diplomatik, ekonomi, dan sosial harus ditingkatkan dan fokus pada konsolidasi kesatuan nasional untuk mendatangkan peningkatan nyata bagi kehidupan rakyat.
Di sini, peran komunitas internasional adalah memungkinkan pemerintah Afghanistan bekerja memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Perawatan kesehatan dan pendidikan harus menjadi prioritas utama. Pegawai negeri negara itu memerlukan pekerjaan. Peradilan dan personelnya harus diperkuat. Rakyat harus percaya bahwa perubahan sedang terjadi yang akan menciptakan kehidupan normal bagi mereka.
Ada satu wilayah juang lain yang paling sulit, yaitu melawan ideologi ekstremis di kawasan tersebut. Pendidikan adalah obat jangka panjang. Keinginan rakyat Afghan untuk pendidikan sangat kuat. Apa yang dibutuhkan adalah sumbangan internasional untuk menopang pendidikan di Afghanistan.
Komunitas internasional tidak dapat menelantarkan Afghanistan dalam kesulitan mereka. Daripada terperangkap dalam diskusi tentang keputusasaan, komunitas internasional perlu menarik pelajaran dari masa lalu dan fokus untuk membantu rakyat Afghan membangun institusi yang dibutuhkan dan menemukan solusi mereka sendiri untuk masalah yang dihadapi. (rin/pv/ws)
Comments :
0 komentar to “Turki: Serangan Militer Bukan Solusi Masalah Afghanistan”
Posting Komentar