TEL AVIV (SuaraMedia News) – Kabinet Israel telah menggelar sebuah pertemuan untuk mencari cara-cara untuk mengurangi tindakan generasi muda Israel yang mangkir dari wajib militer. Hal tersebut dilakukan karena 25 persen remaja laki-laki dan 40 persen perempuan cenderung menghindar dari wajib militer.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Transportasi Israel, Yisrael Katz, tokoh partai Likud yang menghadiri pertemuan rekomendasi penolakan penerbitan surat ijin mengemudi bagi orang-orang yang menggunakan alasan kesehatan mental untuk menghindari wajib militer.
“Orang-orang yang keluar dari kemiliteran karena masalah kesehatan mental tidak boleh mengemudikan kendaraan,” kata Katz sebagaimana dikutip oleh Jerusalem Post.
Namun proposal tersebut kemudian dimentahkan oleh komite kementerian Israel untuk urusan legislatif.
Kabinet Israel juga memutuskan untuk mendirikan sebuah komite yang bertugas untuk mencari jalan guna mengurangi jumlah kaum wanita yang mempergunakan agama dan gaya hidup religius sebagai alasan untuk menghindar dari wajib militer. Komite tersebut dikepalai oleh sekretaris kabinet, Tzvika Hauser.
Meski angka-angka tersebut menunjukkan kecenderungan menghindar dari wajib militer, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengetengahkan bahwa motivasi para prajurit untuk bergabung dalam unit militer pada bulan November tercatat amat tinggi. Dia juga mengatakan bahwa militer Israel telah melakukan upaya-upaya nyata untuk menempatkan masing-masing prajurit di unit militer yang dapat mewadahi ketertarika masing-masing.
Barak mempergunakan sesi kabinet tersebut untuk menegaskan kembali pentingnya memisahkan antara dunia politik dengan militer. Ia menambahkan bahwa orang-orang yang mengenakan seragam tentara harus mematuhi keputusan pemerintah.
Menteri Pendidikan Israel, Gideon Sa’ar (Likud) mengatakan bahwa kaum wanita yang telah mencapai usia wajib militer menyampaikan pernyataan palsu berkaitan dengan keagamaan untuk menghindari tugas militer. Ia menambahkan bahwa tindakan-tindakan semacam itu telah membudaya dan menjadi sebuah “industri”.
Sa’ar mengatakan bahwa dirinya tidak mengecam wanita Yahudi yang religius, namun ia mengecam orang-orang yang berpura-pura religius untuk menghindari wajib militer.
Menteri Infrastruktur Nasional, Uzi Landau (Israel Beitenu) mengatakan bahwa tentara Israel kini tidak pantas lagi menyandang sebutan sebagai “tentara rakyat”, namun lebih tepat disebut “tentara setengah rakyat”.
Dia menambahkan bahwa orang-orang yang menyelesaikan masa tugas militer akan mendapatkan keistimewaan dalam hal pekerjaan dan perumahan, hal itu khususnya diberikan kepada unit tempur veteran.
Mengenai hal tersebut, Deputi Menteri Kesehatan Israel, Ya’acov Litzman (United Torah Judaism), mengatakan bahwa jika benar lima persen penduduk Israel “gila”, maka meja kabinet Israel juga perlu diawasi.
Litzman mengatakan bahwa kaum Yahudi Haredim seharusnya tidak dikritik karena tidak bergabung dalam militer Israel, namun mereka seharusnya dipuji karena telah menghasilkan banyak keturunan.
“(Tokoh Palestina) Sari Nusseibeh akan menjadi walikota Yerusalem jika (kaum) kita tidak berada di Yerusalem,” katanya. Ia merujuk pada keadaan demografis di kota tersebut. “Anda harus mengakui hal itu. Kalian menjadi anggota militer, dan kami akan menghasilkan banyak keturunan,” tambahnya.
Menteri Keuangan, Yuval Steinitz (Likud) tidak sepakat dengan ucapan Litzman, ia mengatakan, “Kami juga punya anak-anak.” Ia mencontohkan tiga orang anaknya, lima orang anak tokoh partai Buruh, Binyamin Ben Eliezer, dan enam orang anak politisi Likud, Bennie Begin. (dn/pv/jp)
Comments :
0 komentar to “Pemuda Zionis mulai Terasuki budaya Anti Wajib Militer”
Posting Komentar