"Namun pembangunan berbasis inovasi ini hanya bisa berjalan dengan keterlibatan semua pihak dalam lingkungan yang kondusif untuk inovasi," katanya seperti disampaikan Drs Mu`arif, staf khusus bidang media Menristek melalui pesan singkat kepada ANTARA dari Kyoto, Jepang, Rabu.
Menristek berada di Kyoto untuk menyampaikan paparan ada "Scienceand Technology Society" (STS) Forum 2010 ke-7 yang berlangsung 3-5 Oktober 2010.
Forum STS merupakan forum pertemuan antarbangsa bidang sains dan teknologi yang dihadiri lebih dari 1.000 peserta yang mewakili kalangan pemerintah, industri dan perguruan tinggi, termasuk 30 Menristek dari berbagai negara, para industriawan terkemuka, dan para peraih nobel.
Pertemuan itu diharapkan melahirkan serangkaian rekomendasi bagi kerja sama riset dan teknologi di berbagai belahan dunia.
Menurut Menristek, daya dukung pembangunan dimaksud tidak hanya pada kebijakan sains dan teknologi, tapi juga regulasi dan kebijakan antar-kementerian, termasuk kebijakan ekonomi, pajak dan insentif keuangan, serta kebijakan pendidikan, perburuhan dan infrastruktur.
Ia menegaskan, kebijakan dan regulasi tersebut harus dapat berjalan ibarat sebuah orchestra dalam skala nasional dan berkelanjutan sehingga proses pembangunan inovasi sebagai kunci utama pendorong ekonomi bangsa.
Dalam pemaparannya, Menristek juga menekankan pentingnya membangun proyek-proyek percontohan dari penerapan inovasi yang melibatkan berbagai lembaga yang mewakili aktor inovasi dari beragam sektor.
Tujuh fokus
Dikemukakannya bahwa proyek-proyek percontohan tersebut tidak lepas dari tujuh bidang fokus dari penerapan riset dan teknologi yang dikelola Kemenristek mulai dari ketahanan pangan, energi, kesehatan dan obat, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, serta pertahanan dan material maju.
Dengan proyek-proyek percontohan tersebut, menurut dia, diharapkan sinergi dalam membangun kebersamaan menerapkan sistem inovasi dapat berjalan dengan baik.
Terkait dengan itu, Kemenristek berkeinginan merevitalisasi Pusat Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Serpong. Revitalisasi yang dicanangkan berlangsung selama lima tahun tersebut akan menjadikan Puspitek sebagai Taman Sains dan Teknologi yang menghubungkan secara lebih kuat antara lembaga-lembaga penelitian dengan kalangan industri.
Sebelumnya, Menristek Suharna Surapranata juga menjelaskan beberapa capaian pembangunan ekonomi Indonesia yang mengindikasikan kemajuan.
Ia merujuk data World Economic Forum (WEF) Report yang menunjukkan naiknya posisi Indonesia pada Global Competitiveness Index (GCI) dari posisi 54 pada 2009 ke posisi 44 pada 2010.
Naiknya posisi ini, kata dia, tidak lepas dari semakin membaiknya kondisi makro ekonomi dan indikator pendidikan.
Menurut dia, sejak amandemen konstitusi yang mengamanatkan anggaran 20 persen untuk pendidikan, kebijakan ini menjadi penting dalam mendorong lebih kuat tumbuhnya masyarakat berbasis pengetahuan di Indonesia.
Dari semua kesuksesan tersebut, ada beberapa hal yang membutuhkan perhatian serius, yaitu infrastruktur dan kesiapan teknologi, termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
"Laporan WEF menunjukkan ketika indeks kesiapan teknologi membaik, salah satu dari lebih 70 indikator dalam rangking GCI, indikator kapasitas inovasi cenderung membaik pula," katanya.
Dalam laporan tersebut disebutkan rangking indeks inovasi Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pad 2008 ada pada posisi 47, naik menjadi 39 pada 2009 dan kini ada di posisi 36 pada 2010,katanya.
Persoalannya, lanjut Suharna, terjadi kesenjangan antara penerapan teknologi dengan kemampuan berinovasi.
Kondisi ini merupakan tantangan terberat dalam membangun sistem inovasi nasional yang ingin menghubungkan dengan kuat antara universitas dan lembaga riset selaku penyedia teknologi dengan kalangan industri dan masyarakat umum sebagai pengguna teknologi.
Kementerian Ristek menyadari persoalan ini dan mencoba untuk fokus dalam menjembatani kesenjangan antara kalangan universitas dan lembaga penelitian dengan kalangan industri.
Saat ini, Kemenristek telah merestrukturisasi dan merancang ulang rencana strategis dari program kerja kementerian sehingga terjadi keberlanjutan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih baik dari sisi penyedia (supply side) dan sisi pengguna (demand side).