dari : Tajuk Rencana, SUARAMERDEKA.com
Waktu pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali kota Semarang sudah kian mendekat. Spanduk dan baliho sudah cukup menyemarakkan wajah kota. Bahasa slogan yang digunakan para calon pemimpin kota semarang pun sudah cukup jelas dan terbaca. Bahasa yang digunakan pun beragam, ada yang tidak menampilkan basa-basi, penuh janji, tetapi ada juga yang tidak begitu dimengerti maksudnya. Itulah memang bahasa kampanye, yang ternyata belum banyak berubah dalam beberapa tahun pemilu. Masih itu-itu saja, dan miskin improvisasi.
Mungkin benar memilih bahasa yang lugas itu dimaksudkan agar lebih mudah diingat oleh masyarakat pembaca. Toh di jalan orang hanya mempunyai waktu singkat, dan bahkan mungkin sama sekali tidak tertarik. Jika memang targetnya hanya ingin menciptakan kesan seperti itu, ya sudahlah. Tetapi, selebih dari pesan-pesan yang disampaikan via baliho dan spanduk ternyata relatif sepi juga. Semua calon menampilkan kesan seragam, sehingga perbedaannya tidak terlihat.
Jika kita ikuti kegiatan dan pernyataan dari berita-berita di media massa ternyata juga relatif tidak berbeda. Aktivitas para calon tampaknya lebih memilih untuk melakukan kegiatan silaturahmi dari tempat satu ke tempat lainnya. Mereka melakukan kegiatan-kegiatan pengobatan massal, penghijauan, gerak jalan, ke panti-pati asuhan dan sejenisnya. Mereka lebih tertarik pada upaya mengenalkan diri dan minta restu agar saatnya nanti terpilih. Kegiatan rutin semacam ini bisa dilakukan di sepanjang waktu, dari pagi hingga malam hari.
Kegiatan seperti itu tidaklah sepenuhnya salah, tetapi sebenarnya ada hal yang penting juga untuk diketahui pemilih. Para calon pemimpin Ibu Kota Jawa Tengah belum menampilkan diri sebagai sosok yang visioner dalam mengelola kota metropolis. Sangat jarang, bahkan belum ada yang membicarakan masalah-masalah mendesak kota ini dalam berbagai forum. Padahal, kita paham bahwa ada segudang masalah yang sedang mengancam Semarang, dan jika tidak ditangani dengan benar akan membuat kota ini tidak memiliki masa depan.
Kita juga belum tahu ke mana Semarang dalam 5 tahun ke depan akan dibawa ? Jangankan itu, soal banjir pun seolah tak ada yang berani menyentuhnya. Apakah karena mereka sangat paham bahwa mungkin masalah itu terlalu berat dan tidak mungkin diselesaikan, sehingga memilih menghindar. Padahal masalah banjir kota sekarang ini sudah kelewatan. Beberapa jalan protokol terendam, dan mungkin dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, sebagian kota ini akan tenggelam. Maka, mereka perlu bicara bagaimana ”grand design” pengelolaan banjir ini.
Jika mereka tidak mempunyai visi yang kuat mengenai kota ini, maka mohon maaf tak banyak bisa diharapkan. Padahal seharusnya, para calon itu sudah sangat tahu isi perut kota ini sehingga tidak terlalu sulitlah untuk menemukan solusi. Berikanlah kepada warga kota ini bagaimana kota ini akan dikelola setara dengan kota-kota lain yang berstatus Ibu Kota Provinsi. Atau barangkali yang terjadi, mereka sebenarnya sangat paham tetapi masih disimpan dalam memori otaknya masing-masing. Kota ini sangat butuh pemimpin visioner agar tumbuh bermartabat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhILTQEus8i1ddGXh-xvTo7F1wprWmdPELje8FFLqQ6ASGrmwgW3Ic9DB4hsGfQixziY-c1eWjyPHqfTor0CvaNMeYDsc6piKMYAu7EtdciTsaCxHUPeTVXUOb3jatX8UMSxfjm8wxuNJo/s325/genggam-palestina.jpg)
Sabtu, 27 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Foto PKS Gajahmungkur di Palestine's Dialogue Forum
![](http://4.bp.blogspot.com/__in_Unzw-Zs/S7Xzsn4KtoI/AAAAAAAAAqo/WkNBx0icT_E/S338/PUBLIKASI+SERVICE+HP.jpg)
Comments :
0 komentar to “Belum Jelas Arah Calon Wali Kota”
Posting Komentar