Simple Template For Entertainment News


Tempat Informasi Kegiatan Kader DPC PKS Gajahmungkur


GALLERY


Senin, 30 November 2009

Gadafi : Eropa suatu saatnya akan jadi benua Islam

Sekelompok ulama yang didanai oleh Kolonel Gaddafi pemimpin Libya akan melaksanakan ceramah di tiga masjid Midland Inggris.

Sebelas penceramah yang disponsori oleh World Islamic Call Society (WICS), yang didirikan, dipimpin dan didanai oleh pemimpin Libya Moamar Gaddafi, akan mengadakan acara di Birmingham, Leicester dan Nottingham selama bulan Ramadhan.

Kegiatan ceramah tersebut datang hanya sebulan setelah dibebaskannya pengebom Lockerbie Ali Al Megrahi Abdelbasset yang disambut bak pahlawan sekembalinya ke Tripoli. Dan dalam sebuah pidatonya baru-baru ini, Kolonel Gaddafi mengatakan bahwa tujuan WICS adalah untuk mengubah seluruh Eropa menjadi Islam.

Dia berkata: "Agama ini akan mengalahkan semua agama-agama lain sebelumnya. Waktu bagi mereka (agama-agama lain) telah pergi. Ini adalah janji-Nya, agama Allah ini akan menang atas yang lain.

"Ada puluhan juta umat Islam di benua Eropa dan jumlah ini akan terus meningkat. Sedangkan jumlah penduduk asli Eropa menurun drastis.

"Ini adalah indikasi yang jelas bahwa benua Eropa akan masuk Islam. Eropa suatu saat menjadi benua Islam."

WICS telah membangun reputasi yang moderat dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengorganisir pertemuan antara tokoh Muslim dan tokoh agama lain termasuk Paus.(fq/sm)




READ MORE >>

PM Turki memberikan Selamat kepada tokoh anti Turki

Perdana Menteri Turki Tecep Tayib Erdogan memberikan ucapan selamat kepada tokoh 'anti Turki', yang terpilih menjadi presiden Uni Eropa, yaitu Perdana Menteri Belgia, Herman van Rompuy. Rompuy menolak Turki masuk ke dalam Uni Eropa, hanya disebabkan Turki adalah 'negara Islam'.



Kantor berita Anadolu menyatakan, Erdogan menelpon dan menyampaikan ucapan selamat kepadanya untuk misi baru, dan Turki percaya Turki-Uni Eropa akan mencapai kemajuan dalam hubungan bilateral di masa depan. Sekarang perdangan luar negeri Turki dengan negara-negara Uni Eropa terus meningkat, dan Turki merupakan negara keempat yang terbesar volume perdagangan dengan Uni Eropa.

Perdana Menteri Belgia, yang kini terpilih menjadi Presiden Uni Eropa, menolak kehadiran Turki ke dalam gugusan negara Uni Eropa. Turki yang terus berkembang pesat, sejak negara itu dibawah pemerintah AKP yang dipimpin Perdana Menteri Erdogan, dan mencapai kemajuan yang luar biasa dalam perdagangan.

Negara-negara kunci di Uni Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Itali, investasinya di Turki terus meningkat dengan pesat. Turki yang berpenduduk 77 juta jiwa, yang mayoritas, 99 persen, muslim Sunni itu, membuat Herman tidak begitu suka, dan satu-satunya menjadi dasar penolakannya, hanyalah karena Turki 'negara Islam'. Lima tahun lalu, Van Rompuy berbicara dan dengan keras menentang masuknya Turki ke dalam Uni Eropa, dan mengatakan Uni Eropa adalah negara 'Kristen', ujarnya.

"Turki bukan bagian Eropa, dan tidak akan pernah menjadi bagian Eropa", ucapanya di tahun 2004. "Nilai-nilai universal yang menjadi dasar kekuatan Eropa, dan nilai-nilai fundamental itu adalah Kristen, dan akan kehilangan pengaruhnya, bila negara yang besar masuk menjadi anggota, seperti Turki", tambah Herman.

Kini, Erdogan sedang bertemu dengan pemimpin Libya, Kolonel Muamar Gadafi, yang ingin meningkatkan hubungan Uni Afrika dengan Turki. Gadafi sendiri sekarang lebih rajin untuk menda'wahkan Islam ke seluruh dunia, dan lebih khusus lagi di wilayah-wilayah Afrika. (m/wb)




READ MORE >>

Prioritaskan Anggaran Mendesak

SEMARANG, KOMPAS - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang meminta Pemerintah Kota Semarang memprioritaskan anggaran yang bersifat mendesak untuk diajukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan 2009. Hal ini terkait dengan mepetnya waktu penyerapan anggaran yang hanya kurang dari satu bulan.

"Dengan waktu mepet seperti ini, anggaran yang diajukan semestinya yang mendesak dan bermanfaat untuk rakyat," kata anggota Badan Anggaran DPRD Kota Semarang Agung Priambodo, Sabtu (28/11) di Kota Semarang.

Agung mencontohkan, anggaran yang mendesak antara lain anggaran untuk pemilihan Wali Kota Semarang, jaminan kesehatan masyarakat daerah, dana pendampingan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri, dan anggaran darurat untuk penanggulangan bencana.

Agung menyarankan, anggaran yang membutuhkan proses panjang dalam penyerapannya seperti pembebasan lahan jalan layang Kalibanteng dan Kali Banger agar dialihkan pengajuannya dalam APBD 2010. "Lebih baik eksekutif sabar sedikit daripada anggaran tidak efektif," ujar Agung.

Sebelumnya, anggota Badan Anggaran DPRD Kota Semarang Novriadi juga pernah menyatakan, masih terdapat pos anggaran yang tidak mungkin terserap dalam APBD Perubahan seperti pembebasan lahan jalan layang Kalibanteng dan Kali Banger. Pos anggaran tersebut dinilai tidak tepat untuk diajukan dalam APBD Perubahan, tetapi seharusnya dalam APBD 2010. "Mana mungkin dana tersebut bisa terealisasi dalam waktu kurang dari sebulan. Padahal, pembebasan lahan butuh proses," ucap Novriadi.

Dana hibah

Anggota Badan Anggaran lainnya, Agung Budi Margono, menyoroti tingginya pengajuan dana hibah dalam APBD Perubahan yang mencapai Rp 39,4 miliar. Anggaran yang diajukan perlu dilihat tingkat urgensinya, apalagi jumlahnya melebihi pengajuan dalam APBD murni 2009.

Hibah yang menjadi sorotan adalah dana hibah PSIS sebesar Rp 8 miliar dan uang tali asih KONI yang besarannya juga mencapai Rp 7 miliar. "Kami harapkan komisi yang bersangkutan dapat membahas dana hibah tersebut dengan lebih rinci," ujar Agung.

Menurut Agung, perlu ada rasionalisasi terhadap besaran dana hibah yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan daerah, skala prioritas kebutuhan, dan perundangan yang berlaku. Hal ini mengingat defisit anggaran dalam APBD 2009 telah mencapai Rp 280 miliar.

Berdasarkan jadwal pembahasan, APBD Perubahan akan ditetapkan DPRD Kota Semarang dalam sidang paripurna 3 Desember mendatang. Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Sriyono mengatakan, APBD Perubahan paling lambat dapat digunakan pada pertengahan Desember setelah peraturan daerah untuk APBD telah disahkan. (ilo)




READ MORE >>

Wakil Menteri Tidak Difungsikan

Jakarta, Kompas - Para akademisi, praktisi, organisasi petani, ataupun politikus melihat belum ada sinergi yang baik antara Menteri Pertanian Suswono dan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi dalam mendorong percepatan pembangunan sektor pertanian.

Sinergi diperlukan karena negara menyediakan fasilitas dalam wujud wakil menteri pertanian untuk membangun sektor pertanian yang lebih baik.

Hal itu diungkapkan secara terpisah oleh Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga anggota Komisi IV DPR Siswono Yudo Husodo, guru besar Sosial Ekonomi dan Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada M Maksum, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, dan Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia Anton Supit, Minggu (29/11).

Menurut Siswono, ada perbedaan karakter antara institusi negara, seperti Departemen Pertanian, di Indonesia dan negara lain. Di negara lain menteri pertanian murni jabatan politik.

”Karena itu, seorang menteri pertanian merumuskan kebijakan mendasar terkait dengan politik pertanian,” kata Siswono di Jakarta. Pada kenyataannya, seorang menteri pertanian juga memiliki tugas manajerial yang tidak kecil untuk mengelola semua unit di Deptan agar dipastikan berjalan baik.

Winarno menyatakan, fasilitas yang diberikan negara berupa Wakil Mentan tampaknya belum dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Deptan dan Mentan. Terbukti belum ada kejelasan tugas dan peran Wakil Mentan.

”Seyogianya, aset dan fasilitas ini dimanfaatkan dengan baik untuk mendorong percepatan pembangunan sektor pertanian. Sayang negara sudah mengeluarkan uang begitu banyak kalau tidak dipakai,” katanya.

Anton Supit menyatakan, sudah selayaknya sistem pengangkatan pejabat di Indonesia tidak sekadar memilih orang yang tepat di waktu yang tepat. Namun, benar-benar memilih orang sesuai dengan kemampuannya, apa pun latar belakangnya.

Menurut Maksum, Wakil Menteri Pertanian sebaiknya diberi tugas khusus saja dalam menjaga kelangsungan ketahanan pangan secara menyeluruh. ”Selama ini ketahanan pangan ditangani oleh Badan Ketahanan Pangan, yang notabene setingkat eselon I. Karena itu, urusan ketahanan pangan selalu dijabarkan pada aspek produksi,” ujarnya (MAS)

READ MORE >>

Keberanian (Asy-Syaja'ah)

Asy-syaja'ah (keberanian) adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah,
selain ciri-ciri berupa al-ithmi'nan (ketenangan) dan at-tafaul (optimisme).


PKS Online: Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.

Namun memang tak mudah untuk menjadi orang yang istiqamah atau teguh pendirian memegang nilai-nilai kebenaran dan senantiasa berada di jalan Allah. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan bahwa turunnya surat Hud membuat beliau beruban karena di dalamnya ada ayat
(QS. Huud [11]: 112) yang memerintahkan untuk beristiqamah,

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apayang kamu kerjakan."

Rasulullah saw. memahami benar makna istiqamah yang sesungguhnya sampai ketika Abu Sufyan bertanya hal terpenting apa dalam Islam yang membuatnya tak perlu bertanya lagi, beliau menjawab, "Berimanlah kepada Allah dan kemudian beristiqamahlah (terhadap yang kau imani tersebut)".

Di kesempatan lain, Rasulullah Saw. juga mengatakan tantangan buat orang yang istiqamah memegang Islam di akhir zaman, begitu berat laksana menggenggam bara api.

Keberanian untuk tetap istiqamah walau nyawa taruhannya nampak pada diri orang-orang beriman di dalam surat Al-Buruuj (QS. 85) yang dimasukkan ke dalam parit dan dibakar oleh as-habul ukhdud hanya karena mereka menyatakan keimanannya kepada Allah Taala.

Begitu pula Asiah, istri Firaun dan Masyitah, pelayan Firaun, kedua-duanya harus menebus keimanan mereka kepada Allah dengan nyawa mereka. Asiah di tiang penyiksaannya dan Masyitah di kuali panas mendidih beserta seluruh keluarganya karena mereka berdua tak
sudi menuhankan Firaun.

Demikian sulitnya untuk mempertahankan keistiqamahan di jalan Allah, dan demikian sulit pula untuk mewujudkan asy-syaja'ah sebagai salah satu aspeknya.

Secara manusiawi seseorang memang memiliki sifat khauf (takut) sebagai lawan sifat asy-syaja'ah. Namun sifat khauf thabi'i (alamiah) yang diadakan Allah di dalam diri manusia sebagai mekanisme pertahanan diri seperti takut terbakar, tenggelam, terjatuh dimangsa
binatang buas, harus berada di bawah khauf syar'i yakni takut kepada Allah Taala. Hal tersebut secara indah dan heroik terlihat gamblang pada kisah Nabi Musa As. Ibrahim As. dan Muhammad Saw.

Rasa takut pada kemungkinan tenggelam ke laut merah teratasi oleh ketenangan, optimisme dan keberanian Nabi Musa As. yang senantiasa yakin Allah Swt.bersamanya dan akan menunjukinya jalan. Dan benar saja Allah memberinya jalan keluar berupa mukjizat
berupa terbelahnya laut merah dengan pukulan tongkatnya sehingga bisa dilalui oleh Nabi Musa dan pengikutnya. Kemudian laut itu menyatu kembali dan menenggelamkan Firaun beserta tentaranya.

Kisah yang tak kalah mencengangkannya terlihat pada peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim As. Rasa takut thabi'i terhadap api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar'i yakni takut kepada Allah saja. Dan subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah Nya kepada api agar menjadi dingin dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim As.

Keberanian, ketawakalan dan kepasrahan pada Allah yang membuahkan pertolongan-Nya juga terlihat pada saat Rasulullah Muhammad Saw. bersama sahabat setianya Abu Bakar Ash-Shidiq berada di gua Tsur untuk bersembunyi dalam rangka strategi hijrah ke Yatsrib (Madinah). Kaki-kaki musuh yang lalu lalang tidak menggetarkan Rasulullah dan ketika Abu Bakar begitu mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah Saw., beliau menenangkannya dengan berkata,

"Jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita" (QS 9: 40).

Dan ternyata terbukti Allah Taala memberikan pertolongan melalui makhluk-makhluk-Nya yang lain. Burung merpati yang secara kilat membuat sarang, begitu pula laba-laba di mulut gua, membuat musyrikin Quraisy yang mengejar yakin gua itu tak mungkin dilalui oleh manusia.

Realita Dewasa Ini


Dunia dewasa ini dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki sifat pengecut. Sebuah hadits Nabi Saw. memprediksikan di suatu masa umat Islam akan menjadi bulan-bulanan dan santapan empuk musuh-musuh Islam karena sudah mengidap penyakit wahn, yakni cinta dunia
dan takut mati.

Ya, penyakit wahn-lah yang menyebabkan di antara umat Islam pun banyak yang menjadi pengecut sehingga tidak lagi disegani oleh musuh-musuhnya yakni kaum kufar dan
musyrikin.
Dahulu yang membuat gentar musuh-musuh Islam adalah keberanian tentara-tentara pejuang-pejuang Islam yang menghambur ke medan perang dengan suka cita karena pilihannya sama-sama baik yakni hidup mulia dengan meraih kemenangan atau mati syahid di jalan Allah.

Sementara kini umat Islam terpenjara oleh dunia, begitu cinta dan tertambat pada kenikmatan dunia sehingga begitu takut akan kematian yang dianggap sebagai pemutus kelezatan dan kenikmatan dunia.

Begitu banyak orang yang tidak memiliki daya tahan tinggi terhadap segala tantangan dan kesulitan sehingga mudah surut, menyerah atau berputus-asa.
Padahal dalam kehidupan yang semakin berat dan sulit dewasa ini begitu banyak tantangan dan marabahaya yang harus disikapi dan dihadapi dengan berani, karena bersikap pengecut dan melarikan diri dari persoalan hidup yang berat tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Kemudian banyak pula orang yang tidak berani bersikap jujur atau berterus terang terhadap diri sendiri termasuk menyadari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan diri. Dan sebaliknya berani mengakui kelebihan, kekuatan dan kemampuan orang lain.

Seorang pengecut biasanya juga tak akan mau mengakui kesalahan. Bersikap keras kepala, mau menang sendiri dan menganggap diri tak pernah berbuat salah sebenarnya justru akan menguatkan kepengecutan seseorang yang berlindung dibalik semua sikap tersebut.

Sikap pengecut lainnya adalah tidak mampu bersikap obyektif terhadap diri sendiri yakni berani menerima kenyataan bahwa ada posisi negatif dan positif dalam dirinya.

Dan akhirnya sifat kepengecutan yang jelas adalah ketidakmampuan menahan nafsunya di saat marah. Salah satu ciri orang bertakwa adalah mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain (QS. 3:134). Yang disebut orang kuat adalah orang yang mau menahan dan meredam amarahnya serta tetap bisa mengendalikan dirinya di saat marah sekalipun.

Jika seseorang bertindak brutal dan mengeluarkan caci maki serta kata-kata kotor, ia justru masuk kategori orang yang pengecut karena tak mampu mengendalikan diri dan menahan marah.

Macam-macam Syaja'ah


Syaja'ah atau pemberani tentu saja berbeda dengan bersikap nekat, "ngawur" atau tanpa perhitungan dan pertimbangan. Asy-syaja'ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan matang dan penuh perhitungan karena ingin meraih ridha Allah. Dan untuk meraih ridha Allah, tentu saja diperlukan ketekunan
kecermatan dan kerapian kerja (itqan). Bukan keberanian yang tanpa perhitungan, namun juga bukan terlaluperhitungan dan pertimbangan yang melahirkan ketakutan.

Paling tidak ada beberapa macam bentuk asy-syaja'ah
(keberanian), yakni:

1. Memiliki daya tahan besar.

Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat berani jika ia memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.

2. Berterus terang dalam kebenaran.

"Qulil haq walau kaana muuran" (katakan yang benar meskipun itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil lisan.
Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala resiko bila kita senantiasa berterus terang dalamkebenaran.

3. Kemampuan menyimpan rahasia.

Orang yang berani adalah orang yang bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan terutama dalam persiapan jihad menghadapi musuh-musuh Islam. Kemampuan merencanakan
dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.

4. Mengakui kesalahan.

Salah satu orang yang memiliki sifat pengecut adalah tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam dan bersikap "lempar batu, sembunyi tangan" Sebaliknya orang yang memiliki sifat syaja'ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.

5. Bersikap obyektif terhadap diri sendiri.

Ada orang yang cenderung bersikap over estimasi terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap under estimasi terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat
apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.

6. Menahan nafsu di saat marah.

Seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia
punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.


Contoh Figur-figur Sahabat dan Sahabiyah yang Memiliki
Sifat Syaja'ah Berani karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas dilekatkan pada diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. karena keagungan kisah-kisah perjuangan mereka.

Rasulullah Muhammad saw. sendiri menjadi teladan utama saat beliau tak bergeming sedikit pun ketika disuruh menghentikan dakwahnya. Beliau pun berucap dengan kata-katanya yang masyhur, "Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan pernah menghentikan dakwahku ini".

Keberanian dan keteguhan sikap nampak pula pada diri sepupu dan menantu Nabi saw., Ali bin Abu Thalib r.a. Ali mengambil peran yang sangat beresiko, menggantikan Rasulullah di tempat tidur untuk mengelabui musuh-musuh yang mengepung. Dan benar saja ketika tahu mereka dikelabui, mereka pun marah serta memukuli Ali hingga babak belur.

Khalifah kedua yakni Umar bin Khathab juga sangat terkenal dengan ketegasan sikap dan keberaniannya. Ketika mau hijrah berbeda dengan sahabat-sahabat lain yang sembunyi-sembunyi, Umar malah berteriak lantang, "Umar mau hijrah, barang siapa yang ingin anak
istrinya menjadi yatim dan janda, hadanglah Umar".

Keberanian mempertahankan akidah hingga mati nampak pada Sumayyah, ibunda Ammar bin Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam yang menumbuhsuburkan perjuangan dengan darahnya yang mulia.

Begitu pula Khubaib bin Adiy yang syahid di tiang salib penyiksaan dan Habib bin Zaid yang syahid karena tubuhnya dipotong-potong satu demi satu selagi ia masih hidup. Mereka berani bertaruh nyawa demi mempertahankan akidah dan itu terbukti dengan syahidnya mereka berdua.

Bilal dan Khabab bin Al-Irts, yang mantan budak disiksa dengan ditimpa batu besar (Bilal) dan
disetrika punggungnya (Khabab) adalah bukti bahwa keberanian tidak mengenal lapisan dan strata sosial.

Ada pula anak bangsawan seperti Mush'ab bin Umair dan Sa'ad bin Abi Waqqash yang diusir dan tidakdiakui lagi sebagai anak oleh orangtua mereka karena masuk Islam. Dan akhirnya wanita-wanita perkasa dan pemberani seperti Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw., Nusaibah binti Ka'ab, perisai Rasulullah saw. dan Fatimah, putri Rasulullah saw.
yang menjadi bukti wanita tak kalah berani dibandingkan laki-laki dalam mempertahankan kebenaran.

Kiat-kiat Memiliki Sifat Syaja'ah


Dengan segala kesederhanaannya, prajurit muslim Rubyi menemui Panglima besar Persia, Rustum. Pedangnya yang menyembul di pinggangnya menyaruk-nyaruk bentangan
karpet mewah Persia yang digelar. Seolah-olah ingin berkata, "Aku tak butuh dan tak silau oleh semua kemewahan ini". Rubyi bahkan berorasi dengan lantangnya, "Kami datang untuk membebaskan kalian dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Kami datang untuk
membebaskan kalian dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat".

Keberanian, yang ditunjukkan Rubyi adalah buah dari keimanan dan ketakwaannya. Karena ia meyakini hanya Allahlah Yang Maha Besar dan patut ditakuti, dan manusia sehebat dan sekaya apapun kecil dibandingkan Allah Yang Agung.

Jadi kiat utama untuk memiliki sifat syaja'ah adalah adanya daya dukung ruhiyah berupa keimanan dan ketakwaan yang mantap. Iman dan takwa ini akan membuat seseorang tidak takut pada apapun dan siapa pun selain Allah.

Kemudian bermujahadah melawan segala rasa takut, cemas dan khawatir yang secara manusiawi ada pada setiap manusia.

Berikutnya bisa pula dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saat menasihati Khabbab bin Harits yang berkeluh kesah atas beratnya penderitaan yang dialaminya, beliau mengingatkan Khabbab akan perjuangan para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang jauh lebih berat tapi mereka tetap berani dan tabah. Jadi kita bisa memupuk keberanian dan kesabaran
dengan berkata, "Ah... cobaan ini belum seberapa dibanding yang pernah dialami orang-orang shaleh terdahulu".

Dan akhirnya kejelasan misi dan visi perjuangan serta senantiasa mengingat-ingat imbalan optimal berupa ampunan dan surga-Nya kiranya akan memperbesar keberanian dan semangat juang, insya Allah. Wallahu a'lam


kontributor
Iyas





READ MORE >>

Optimistis Program 100 Hari Depsos

"Kita optimis ini (program 100 hari Depsos) selesai," ujar Mensos.


Jakarta - Mensos Salim Segaf Al Jufry optimistis program 100 hari Depsos tercapai. Menurutnya, Depsos mengedepankan program mengurangi kemiskinan dengan mengintensifkan kesejahteraan keluarga.
"Kita optimis ini (program 100 hari Depsos) selesai," ujar Mensos.
Mensos mengatakan itu dalam kunjungan kerjanya meresmikan sekolah anak jalanan dan pemberian bantuan kelompok usaha bersama (KUBE), di Solo, Jawa Tengah, Minggu (30/1/2009).
Menurut Mensos, program kesejahteraan keluarga yakni keluarga harapan dengan mengedepankan bidang pendidikan, dan kesehatan. Selain itu ada juga program pemberian bantuan kube, santunan lansia dan penyandang cacat berat.
Mensos juga optimistis, program di departemen yang dipimpinnya 5 tahun ke depan juga akan tercapai. Program itu meliputi antara lain pemberdayaan anak dan balita, serta penyandang cacat.
Untuk anggarannya, lanjut Mensos,dari APBN sebesar Rp 3,6 triliun. "Dana ini meningkat dari dana sebelumnya Rp 3,4 triliun," tandas mantan dubes Arab Saudi ini.
(nik/rdf)




READ MORE >>

Islam dan Rasionalitas

Di antara masalah-masalah yang sering diperdebatkan ialah hubungan Islam dengan akal, sehingga muncul aliran pemikiran yang mengangkat panji rasionalisme, membelanya dan menjadikan akal sebagai hakim yang tidak bisa dibantah. Pembawa panji ini lalu berpecah menjadi dua kelompok pada agama-agama umumnya dan pada Islam khususnya.


Kelompok Pertama : Menolak sama sekali agama dan menuduh pemikiran agamis sebagai pemikiran dermagogi yang menyampingkan akal dan berdiri di atas khurafat.

Kelompok Kedua : Bergaul dengan agama, tetapi dengan ketetapan bahwa akal adalah hukum yang menentukan dalam perkara-perkara agama, dan jika ada kontradiksi di antara nash dengan akal, maka nash tersebut harus ditundukkan kepada akal, meskipun nash tersebut qat'i dilalah wa tsubut pasti petunjuk dan wujudnya.

Ketika membuka lembaran agama mingguan ini, kita harus meletakkan masalah ini pada pendahuluan masalah pemikiran Islam yang insya Allah akan kita bahas. Kita mempunyai beberapa pertanyaan sekitar rasionalisme yang akan kita ajukan kepada tetamu kita. Kita menanyakan kepada mereka tentang hubungan Islam dengan akal rasionalisme.
Dengan alasan apakah kita mengesahkan sikap para pembela rasionalisme terhadap agama. Juga tentang bidang yang tidak boleh dilampaui oleh akal supaya tidak hancur, dan bagaimana mengkombinasikan kecenderungan akal dan hikmat syara'. Masalah-masalah di atas telah kita paparkan kepada Dr. Yusuf Qardhawi yang bersedia menerangkan beberapa dimensinya dan menjelaskan segala aspeknya, beliau berkata : Kata-kata ini tidak boleh dibiarkan melekat, hanyut dan beredar tanpa kepastian arti, dipergunakan oleh tiap-tiap kelompok untuk memperkuat pandangan, pendirian dan falsafahnya dalam kehidupan masing-masing, maka di sini harus ditetapkan maksudnya.Akal dan pecahan katanya adalah suatu kata yang disukai oleh manusia, tetapi terkadang sebagian orang memberikan penafsiran yang tak dapat diterima.


Lalu apakah maksud 'aqlaniyah (rasionalisme) ?


'Aqlaniyah adalah mashdar shina'i dalam bahasa Arab yang ditambahkan padanya alif dan nun seperti 'Alamaniyah. Ia adalah pecahan dari kata 'aqlun. Kita kaum Muslim sangat memuliakan akal dan segala cabangnya serta apa yang bersumber kepada akal itu, jika akal dipergunakan pada bidangnya dan dengan ketentuan serta batasnya.

DUA PERKARA PENTING


Bahkan para ulama peneliti kita mengatakan, bahwa akal itu bagi kita adalah asas naql (nash). Artinya bahwa kita mendirikan nash itu atas dasar akal, karena akal-lah yang menetapkan bagi kita dua perkara terpenting dalam agama.


Perkara Pertama : Masalah wujud Ta'ala.
Masalah ini tidak mungkin dibuktikan dengan wahyu naql. Jika ada materialis atau komunis yang menentang wujud Allah, saya tidak akan mengatakan: "Allah berfirman demikian dan Rasulullah bersabda demikian", karena ia tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana saya berhujjah kepadanya dengan sabda Rasulullah sedang ia tidak percaya kepada Yang mengutus itu sendiri. Maka saya harus membahas masalah ini bersamanya dari akar-akarnya dengan pembahasan yang rasional, maka saya harus mengajukan bukti atas wujudnya Allah dengan akal. Hal ini justru ditegaskan oleh Al-Qur'an sendiri, karena Al-Qur'an menyebutkan bukti-bukti akal semata-mata atas kewujudan Allah Ta'ala dalam debatnya dengan kaum musyrikin dan orang-orang yang ingkar, seperti firman Allah Ta'ala : "
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri) ? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu ? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)" (QS. Ath-Thur:35-36)
Dr. Yusuf Qardhawi menambahkan : "Dengan demikian penetapan wujud Ilahi adalah masalah akal … benar ia merupakan masalah fitrah juga … jadi ia adalah instink fitrah dan urgensi akal … kita tidak bisa menafsirkan alam dan isinya, seperti kehidupan dan penciptaan serta keteraturan, jika kita tidak berpendapat bahwa terdapat wujud Tuhan Maha Pencipta dan pengatur di belakang makhluk-makhluk ini. Hukum sebab-musabab adalah hukum fitrah yang membuat kita berpendapat bahwa di balik penciptaan ada penciptanya, di balik keteraturan ada yang mengatur dan di balik gerakan ada yang menggerakkan, sebagaimana diungkapkan oleh orang Arab Badui ketika berkata : "Kotoran unta menunjukkan unta dan jejak kaki menunjukkan orang berjalan. Bagaimana dengan langit yang menjulang tinggi, bumi yang dalam dan laut yang berombak, tidakkah ini menunjukkkan Yang Maha Tinggi lagi Maha Berkuasa?".
Oleh karena itu kita mengatakan bahwa wujud Allah Ta'ala dalilnya adalah akal.


Perkara Kedua : Menetapkan Kenabian.
Kemudian ada masalah lain, setelah kita menetapkan bahwa ada Tuhan yang mempunyai sifat-sifat sempurna. Tuhan yang Maha Agung lagi Tinggi ini dengan sebab hikmah dan rahmat-Nya tidak membiarkan makhluk-Nya kebingungan dan tidak meninggalkan mereka terlantar serta tidak menciptakan mereka sia-sia, tetapi Dia mengutus kepada mereka Rasul-Rasul-Nya sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan supaya manusia tidak lagi berhujjah kepada Allah setelah diutusnya Rasul-Rasul tersebut.
Lalu bagaimana menetapkan kemungkinan wahyu, terjadinya wahyu, wujudnya Rasul-Rasul dan bahwa si Fulan adalah seorang Rasul yang diutus oleh Allah Ta'ala … ini adalah masalah akal, karena tidak bisa menetapkan wahyu dengan wahyu itu sendiri, karena hal ini akan terus berputar dan menjadikannya batil. Jadi, kita harus menegakkan bukti adanya wahyu dengan akal.
Demikian pula adanya kenabian, risalah dari seorang Rasul tertentu. Bagaimana menetapkannya ? Bagaimana menetapkan kenabian Muhammad saw ?
Kita menetapkannya dengan akal.
Allah menampakkan tanda-tanda dan bukti-bukti yang memastikan bahwa Dia tidak berbicara dengan diri-Nya sendiri dan tidak mencerminkan irodah-Nya tetapi mencerminkan irodah Ilahiyah … itulah mukjizat.
Oleh karena itu para ulama kita berkata: "Petunjuk mukjizat atas kebenaran Rasul adalah petunjuk akal. Petunjuk Al-Qur'an atas kebenaran Muhammad saw adalah petunjuk akal."


Dengan demikian dua masalah pokok; yaitu masalah wujud Allah dan masalah penetapan kenabian adalah dua masalah akal. Oleh karena itu para ulama berkata "Akal adalah dasar naql".

AL-QUR'AN MEMULIAKAN AKAL

Dr. Yusuf Qardhawi melanjutkan :
"Jadi kita, kaum Muslimin tidak takut kepada akal, bahkan sebaliknyakita menyambut akal, dan di dunia ini tidak ada kitab suci yang memuji dan memuliakan akal sebagaimana Al-Qur'an Al-Karim. Tidak ada kitab suci yang memuliakan para cendekiawan sebagaimana Al-Qur'an.
Di dalam Al-Qur'an ada 16 ayat yang membicarakan tentang para cendekiawan. Ada hadits-hadits mengenai para ilmuwan yang mencegah kemunkaran.
Kata-kata 'aqola - ya'qilu - ya'qiluun banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, kemudian pembicaraan mengenai hujjah, penguasa dan bukti-bukti, juga banyak terdapat di dalam al-Qur'an. Al-Qur'an banyak memuat hal-hal semacam ini. Al-Qur'an lah kitab yang mengatakan kepada manusia :
"Katakanlah : Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar" (QS Al-Baqarah:111)
Ayat ini menunjukkkan bahwa sembarang masalah tidak akan dapat diterima melainkan dengan bukti. Oleh karena itu kita mendapati al-Qur'an mengembangkan rasionalisme ilmiah dan memerangi rasionalisme khurafat yang membenarkan sembarang dakwaan. Rasionalisme ilmiah menolak kejumudan terhadap apa saja yang dilakukan oleh nenek moyang, yaitu rasionalisme taqlid.
sebagaimana firman Allah : "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka" (QS Az-Zukhruf:23).
Rasionalisme taqlid ini ditolak oleh Al-Qur'an, baik taqlid kepada nenek moyang atau taqlid kepada para pembesar dan penguasa sebagaimana firman Allah. "
Sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar) (QS Al-Ahzab:67).
Islam juga menolak taqlid kepada orang awam. Rasulullah saw bersabda :
"Janganlah salah seorang dari kamu menjadi orang yang imma'ah (mem-beo, tidak punya pendirian) dan berkata: Aku bersama orang-orang, jika mereka baik maka aku pun baik dan jika mereka jahat maka aku pung ikut jahat"
Islam menghendaki agar seseorang berpikir dan mempergunakan akalnya, bukan mempergunakan akal orang lain … Hendaknya ia berpikir bersama kawannya atau berpikir sendiri … memikirkan secara mendalam terhadap apa yang dinamakan "pengaruh akal kelompok". Inilah yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam firman-Nya:
"Katakanlah: Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlash) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad). Tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu" (QS Saba:46).
Yakni satu perkata saja ; hendaknya kamu menghadap Allah dengan ikhlash dalam mencari kebenaran … berdua-dua dengan orang lain … atau sendiri-sendiri … kemduian berpikirlah tentang masalah kenabian Muhammad saw. … tidak ada penyakit gila pada kawanmu itu. Tidak mungkin orang yang mempunyai akhlak yang sangat mulia ini gila.


Berpikirlah, sesungguhnya Islam mengajak berpikir itu sebagai suatu ibadah. Di dalam Al-Qur'an banyak ayat yang berbunyi :"Tidakkah kamu berpikir ?" (QS Al-An'am:5) "Bagi orang-orang yang berpikir" (QS Yunus:24) Dan ayat-ayat lain yang semacamnya.
Banyak seruan untuk berpikir … untuk melihat kerajaan langit dan bumi serta segala ciptaan Allah. Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah" (QS Al-A'raf:185). "
Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi" (QS Yunus:101).
Proses memperhatikan dan berpikir … seruan untuk memperhatikan dan berpikir … pengumuman perang terhadap taqlid dengan segala bentuknya, dan jumud dengan segala macamnya, serta ajakan untuk menegakkan bukti … semuanya itu adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan panca indera. Allah berfirman :
"Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat?" (QS Az-Zukhruf:19).
Maksudnya, sesuatu yang tidak Anda saksikan, tidak akan bisa Nada tentukan hukumnya. Dan masalah-masalah akal harus ada bukti-bukti akal, sedang masalah-masalah naqliyah dan sejarah harus ada bukti-bukti naqli.
"Bawalah kepada-Ku Kitab sebelum (al-Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah oran-orang yang benar. (QS al-Ahaf : 4).
Inilah rasionalisme ilmiah …… rasionalisme yang menolak prasangka pada tempat kepastian".

Dalam hal akal dan naql, adakah kontradiksi di antara keduanya ? Dan bagaimanakah menghindari kontradiksi ini ?
Para ulama sama sekali berpendapat adanya kontradiksi atau pertentangan atau perlawanan di antara riwayat yang shahih dan logika yang terang. Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah mengarang satu buku dalam 10 bagian yang berjudul Penolakan Kontradiksi di antara Akal dan Naql, karena memang tidak mungkin akal yang terang itu bertentangan dengan naql yang shahih. Jika anda melihat kontradiksi, maka yang anda sangka naql itu pasti tidak shahih atau yang anda sangka akal itu pasti tidak terang.Kontradiksi tidak mungkin terjadi, karena akal adalah salah satu rahmat dan anugerah Allah terhadap manusia, sedang naql adalah wahyu Allah untuk manusia juga. Maka bagaimana mungkin keduanya saling bertentangan ? Tidak mungkin terjadi pertentangan kecuali dari segi lahiriyah dan bentuk. Tetapi ketika dipikirkan secara lebih mendalam, akan terbuktilah bahwa tidak ada pertentangan, dan bahwa apa yang disangka bertentangan itu pasti dapat dipadukan atau salah satu di antara keduanya pasti ada yang tidak shahih. Oleh karena itu kita tidak mempunyai masalah agama dan ilmu, yaitu yang mereka namakan kontradiksi di antara agama dan ilmu atau di antara akal dan naql. Kita sama sekali tidak mempunyai masalah semacam ini. Agama bagi kita adalah ilmu dan ilmu adalah agama. Agama bagi kita berdiri di atas ilmu, dan ayat pertama yang turun di dalam kitab kita adalah :
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS Al-'Alaq : 1-5)
Yang pertama kali turun ke dalam hati Muhammad saw adalah kata-kata ; membaca, ilmu, belajar dan kalam. Oleh karena itu agama bagi kita adalah ilmu, dan ilmu adalah agama. Mencari ilmu adalah kewajiban baik ilmu agama atau ilmu dunia. Bahkan belajar ilmu-ilmu dunia dianggap fardhu kifayah jika diperlukan oleh kaum Muslimin.


Kapankah akal mengasingkan dirinya ?
Dr. Yusuf Qardhawi menambahkan:
Kita kaum Muslimin tidak mengalami problema yang dialami oleh Kristen dalam masyarakat Barat, yaitu masalah kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama, sehingga oleh karenanya berdirilah mahkamah pemeriksa, pembakaran para ulama / cendekiawan dan terjadilah apa yang terjadi … Kita sama sekali tidak mengalami tragedi ini. Jika rasionalisme itu, maka sebagaimana saya katakan, kita adalah penyeru rasionalisme. Tetapi jika rasionalisme itu berarti menolak wahyu Allah Ta'ala, atau mengutamakan akal atas naql secara terus menerus meskipun nash-nya qath'iyuts-tsubut dan qath'iyud-dilalah (pasti wujud dan petunjuknya), maka ini sama sekali bukan rasionalisme.
Karena sebagaimana kata Imam Al-Ghozali :
Jika telah terbukti wujud Allah dengan akal, dan kita telah membuktikan serta telah menetapkan kenabian Muhammad saw dengan akal, dan bahwa beliau tidak berbicara dengan hawa nafsu, dan bahwa Al Qur'an adalah Kitab dari sisi Allah … Jika semua perkara itu telah terbukti dengan akal Imam Ghozali berkata ; maka pada waktu itu akal mengasingkan dirinya dan menerima petunjuk dari wahyu.


HAI AKAL … BERHENTILAH DI SINI !

Dalam konteks ini, apakah ada kawasan-kawasan yang tidak boleh dilanggar oleh akal, dalam arti harus bersikap sebagai penerima ?
Kita telah menetapkan bahwa agama kita terkadang membawa hal-hal yang dianggap aneh / jauh oleh akal, tetapi ia sama sekali tidak membawa hal-hal yang mustahil. Apa yang dibawa oleh agama dalam hal-hal ghaib yang berkaitan dengan alam yang tidak terlihat, seperti yang berkaitan dengan malaikat, jin, setan, al-'arsy, al-kursi, al-lauh, al-kalam dan keadaan dalam alam barzakh, seperti ; alam kubur dan kenikmatan serta siksaannya, atau keadaan akhirat dan isinya seperti ; kebangkitan, perhimpunan, penghisaban, pertanyaan, penimbangan, shuhuf, shirat, sorga dan neraka … perkara-perkara ini harus diterima oleh akal selama wahyu membawanya.
Kewajiban akal di sini adalah menerima perkara-perkara ini jika ia menghormati dirinya. Tetapi jika akal tidak mau menerimanya, maka ia telah mendustakan dirinya dalam hal membenarkan wahyu, ini yang pertama kemudian ada beberapa hal yang harus diterima oleh akal, yaitu yang sudah pasti dari segi tsubut (wujud) dan dari segi dilalah (petunjuk). Apa yang sudah qath'iyuts-tsubut dan dilalah (pasti wujud dan petunjuknya) harus diterima oleh akal, akal tidak boleh berkata : "Mengapa kita shalat lima kali sehari?", "Mengapa tidak tiga atau empat kali saja?", "Kenapa sebagian sholat itu dua raka'at dan sebagian yang lain ada yang tiga dan empat raka'at?", "Kenapa ruku' itu sekali saja sedang sujud dua kali ?".
Perkara-perkara semacam ini tidak dapat dicampuri oleh akal. Dan Imam Al-Ghazali telah mengumpamakannya dengan obat-obatanyang diterangkan oleh seorang dokter kepada pasiennya. Pasien tersebut tidak bisa memahami, kenapa dokter tersebut menyuruh makan obat ini sebelum makan, dan yang lainnya setelah makan, yang ini satu tablet saja dan yang lain dua tablet … Keterangan semacam ini untuk semua pasien di luar batas pengetahuannya. Ibadat-ibadat itu semacam obat-obatan ruhaniah bagi manusia, maka jika manusia percaya kepada pengetahuan dan pengalaman dokter, ia wajib berkata : "Ini pasti tidak kosong dari hikmah" yang barangkali sebagian lainnya tidak diketahui. Ada beberapa perkara yang harus kita terima dalam hal-hal ghaib dan bidang-bidang ibadah. Sampai dalam hukum-hukum syariat pun ada yang demikian pula, karena ada hukum-hukum qath'iyah (pasti) sehingga manusia tidak boleh menggunakan akalnya dengan mendakwa bahwa mereka lebih mengetahui mashlahat mereka … tidak … mereka lebih mengetahui mashlahat mereka, tetapi mereka itdak lebih tahu dari Allah atas hamba-hamba-Nya.

Allah berfirman :
"Katakanlah : Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?"
Seringkali akal manusia jatuh terjerumus ke dalam kebinasaan yang beraneka ragam. Sebagian orang pada suatu masa dengan rasio mereka berkata : "Mengapa kita menghalalkan pelacuran … daripada kita membiarkan orang-orang berzinah tanpa pengawasan negara". Dan banyak lagi orang-orang yang ingin menghalalkan khamar meskipun akal manusia mendapati bahaya khamar terhadap individu, masyarakat dan ekonomi serta bahayanya bagi akal dan akhlak, tetapi meskipun demikian akal kalah di hadapan hawa nafsu.


AKAL PERLU BANTUAN

Orang-orang yang ingin menundukkan nash-nash kepada akal manusia adalah salah, karena akal tidak boleh dibiarkan sendiri, akal memerlukan bantuan sebagaimana dijelaskan Imam Muhammad Abduh dalam Risalah Tauhid. Beliau dalam Risalah ini mengisyaratkan bahwa akal memerlukan bantuan, karena terkadang ia diliputi oleh hal-hal yang menyebabkannya samar-samar dalam menghukum perkara-perkara.
Dalam masalah ini ada satu lagi masalah penting yaitu ; Jika kita mengatakan akal, maka akal siapa yang dimaksud ? Akal orang-orang tertentu atau akal orang-orang awam ? Kita telah melihat para filsuf saling berbeda pendapat sehingga sampai kepada kontradiksi, yang satu menetapkan dan yang lain menafikan, yang satu membangun dan yang lain merubuhkan. Siapakah yang benar di antara mereka ; para filsuf idealis atau realis ? Materialis atau yang bersifat ketuhanan ? Ataukah para filsuf ? Ini telah kita lihat … akal itu saling berbeda pendapat … dan kita telah melihat akal orang-orang Arab sebelum Islam, membenarkan penguburan anak perempuan hidup-hidup … manusia mengubur anak perempuan hidup-hidup, akal apakah ini ? Oleh karena itu kita mengatakan : Sesungguhnya akal manusia saja tidak bisa dijamin jika dibiarkan sendiri, tetapi ia harus dibantu dan dijaga dengan wahyu Allah Ta'ala, untuk meluruskan langkahnya dan menjaganya dari kesalahan, sehingga ia melanjutkan perjalanannya di jalan yang lurus. Akal tanpa wahyu bisa ditimpa kesalahan, kelemahan dan bahaya sebagaimana yang kita saksikan terhadap orang-orang yang berjalan di belakang akalnya saja, jauh dari petunjuk Allah Ta'ala. Inilah yang harus dipahami dalam masalah besar ini, masalah rasionalisme tanpa melampaui batas.



READ MORE >>

Urgensi Menjadi Murobbi

Secara garis besar, makalah yang bisa di download di bawah berisi 10 urgensi menjadi murabbi yang bisa disingkat dalam akronim mnemonik MUWASHOFAT:
Motivasi internal
Up grade kafa'ah
Wujud komitmen pada jama'ah
Amal jariyah
Syarat generasi rabbani
Hidayah yang luar biasa
Organisir kekuatan umat
Fasilitator penyuplai dan pencetak kader dakwah
Akselerasi marhalah dan mihwar dakwah
Takwin qiyadah dakwah, qiyadah ummah, dan qiyadah daulah.
6 urgensi pertama adalah urgensi menjadi murabbi yang kemanfaatannya kembali pada diri murabbi. Sedangkan 4 urgensi yang terakhir adalah urgensi menjadi murabbi dari sisi dakwah dan kemanfaatan bagi umat. Akronim mnemonik MUWASHOFAT adalah sebuah upaya untuk lebih mudah dalam mengingat urgensi menjadi murabbi. Untuk download silahkan KLIK DI SINI



READ MORE >>

Larangan Swiss Soal Menara Menghina Umat Muslim

Kairo (ANTARA News) - Musfti Mesir Ali Gomaa pada hari Minggu mencela pemungutan suara di Swiss yang melarang pembuatan suatu menara baru. Gomaa menilai hal itu sebagai penghinaan terhadap umat Muslim di seluruh dunia dan dia juga menyeru umat Muslim agar tidak terpancing.


Mayoritas pemberi suara di Swiss memilih untuk melarang pembuatan menara yang berkaiatan dengan masjid dan menjadi tempat adzan dikumandangkan.

"Usul ini ... bukan hanya dipandang sebagai serangan terhadap kebebasan untuk menganut kepercayaan, tapi juga sebagai upaya untuk menghina perasaan masyarakat Muslim di dalam dan luar Swiss," kata Gomaa, pejabat pemerintah Mesir dalam urusan hukum Islam, kepada kantor berita resmi negeri tersebut, MENA dan dikutip AFP.

Ia mendorong 400.000 Muslim di Swiss agar menggunakan dialog dan cara-cara hukum guna menghadapi larangan itu, yang ia gambarkan sebagai tindakan provokatif.

Partai Rakyat Swiss (SVP), yang beraliran tengah dan menjadi partai terbesar di Swiss, telah menggolkan referendum tersebut setelah mengumpulkan 100.000 tandatangan wajib dari pemilih yang sah dalam waktu 18 bulan.

Gomaa juga menyeru umat Muslim agar tak terpengaruh oleh aksi provokasi itu, dan menambahkan Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga.

Mesir dalam negara Arab yang berpenduduk paling padat dan menjadi pusat serangan terhadap Denmark pada 2006, setelah satu surat kabar Denmark menyiarkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW.

Umat Muslim di Swiss dan luar negeri mengutuk pemungutan suara tersebut sebagai bias dan anti-Islam. Kelompok pengusaha mengatakan keputusan itu merugikan sikap internasional Swiss dan dapat merusak hubungan dengan negara Muslim serta penanam modal kaya yang melakukan transaksi perbankan, berpegian dan berbelanja di sana.

"Swiss telah gagal memberi tanda yang jelas mengenai keragaman, kebebasan beragama dan hak asasi manusia," kata Omar Ar-Rawi, wakil integrasi Islamic Domination di Austria, yang menyatakan reaksinya penuh duka dan kekecewaan.(*)

READ MORE >>

Minggu, 29 November 2009

Mendaki Sejarah

Di alam batin para pahlawan, pencinta dan pembelajar sejati, hidup selalu dimaknai dengan pendakian sejarah. Kita akan sampai ke puncak kalau kita selamanya mempunyai energi dan rute pendakian yang jelas. Pendakian kita akan terhenti begitu kita kehabisan nafas dan kehilangan arah. Energi dan rute, nafas dan arah, adalah kekuatan fundamental yang selamanya membuat kita terus mendaki, selamanya membuat hidup terus bertumbuh.

Semakin tinggi gunung yang kita daki, semakin panjang nafas yang kita butuhkan. Begitu kita kehabisan oksigen, kita mati. Semakin kita berada di ketinggian semakin kita kekurangan oksigen. Itu sebabnya kita harus merawat dan mempertahankan semangat kepahlawanan kita. Karena dari sanalah kita mendapatkan nafas untuk terus mendaki.

Tapi kita perlu rute yang akurat dan jelas. Sebab kesadaran tentang jarak memberikan kita kita kesadaran lain tentang bagaimana mendistribusikan energi secara seimbang dan proporsional dalam jarak tempuh yang harus dilalui dan pada lama waktu yang tersedia.

Rute yang jelas dan akurat akan membuat kita jadi terarah. Keterarahan, atau perasaan terarah, sense of direction, memberi kita kepastian dan kemantapan hati untuk melangkah. Pandangan mata kita jauh menjangkau masa depan, menembus tabir ketidaktahuan, keraguan dan ketidakpastian. Kita tahu ke mana kita melangkah, berapa jauh jarak yang harus kita tempuh, berapa lama waktu yang kita perlukan. Ketika kita menengok ke belakang, atau melihat ke bawah, ke kaki gunung yang telah kita lalui, ke lembah ngarai yang terhampar di sana, kita juga tahu jarak yang telah kita lalui. Ilham dari masa lalu dan mimpi masa depan terajut indah dan cerah dalam realitas kekinian.

Rute itu membuat kita menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan jarak dan waktu. Dalam kesadaran ini fokus kita tertuju pada semua upaya untuk menjadi efisien, efektif dan maksimal. Kita menjadi peserta kehidupan yang sadar, kata Muhammad Iqbal.

Kesadaran itu manifestasi pembelajaran. Kesadaran itu melahirkan kekhusyukan. Maka begitulah sejak dini benar, tepatnya pada tahun keempat periode Makkah, Allah menegur keras para sahabat Rasulullah SAW, generasi pertama Islam, untuk tidak banyak bercanda dan segera menjalani kehidupan dengan kekhusyukan:

“Belumkah datang saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk mengkhusukkan diri mengingat Allah dan (melaksanakan) apa yang turun dari kebenaran itu (Al- Qur’an)”. [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]



READ MORE >>

Menkominfo: Bencana Berhubungan dgn Kerusakan Moral

Padang, (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tiffatul Sembiring menyatakan bencana fisik yang terjadi bertubi-tubi melanda Indonesia mempunyai hubungan dengan kerusakan moral.

Pernyataan itu merupakan bagian dari isi kutbah Menkominfo yang disampaikannya saat menjadi khatib pada pelaksanaan Shalat Idul Adha 1430 Hijriah, di depan seribuan lebih kaum muslim, di Lapangan Kantor Gubernur Sumbar, Jumat.

Mantan Presiden PKS itu menyebutkan, bencana alam terjadi di Garut, Tasikmalaya, Cianjur, Sumatra Barat menyebabkan banyak warga harus tidur di tenda-tenda pengungsian.

Bencana gempa menguncang tanah yang mengakibatkan puluhan ribu rumah dan masjid yang tak bisa lagi difungsikan di Tanah Minang.

Menkominfo mengatakan, kemaksiatan kian menjadi-jadi di negeri ini sehingga terjadi kerusakan moral, membuktikan manusia sudah ingkar akan perintah Allah SWT.

Menkominfo menyebutkan, data yang baru-baru ini terungkap sebanyak 500 jenis VCD porno yang dibuat warga Indonesia sendiri.

Ratusan jenis VCD porno itu, telah beredar dan diperjual-belikan, tapi amat memilukan bintangnya adalah pejalar SLTP dan SLTA negeri ini.

Bagaimana tanggung jawab kita dalam memelihara moral anak-anak, sanggupkan di akhirat nanti menjawab pertanyaan Allah SWT.

Fakta lainnya, ungkap Menkominfo, bahwa Indonesia merupakan negara peringkat pertama terkorup di Asia, dan nomor tiga di dunia.

Padahal, tambahnya, Allah sudah tegas-tegasnya dalam Al-Quran menyatakan, bahwa setiap daging yang tumbuh dari sumber atau makanan yang haram adalah neraka tempatnya.

Bahkan, katanya, masih ada yang berani melakukan jual-beli perkara onkum di Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri, dan Makelar Kasus (Markus) pada lembaga penegak hukum.

Selanjutnya, bukti kerusakan moral yang terjadi, dimana perzinaan di"video"kan juga, karena ingin "show" pula, kata Menkominfo sembari mengucapkan "lindunganlah kami ya Allah".

Tifatul juga mencotohkan, seorang ibu membunuh anak sendiri di Bandung, seorang anak di Sumatera Utara membunuh anggota keluarganya, mulai dari ibu, bapak dan adiknya karena tidak beri uang jajan.

Begitu juga, fitnah merajalela, tindakan menghalalkan segara cara, bahwa yang benar bisa salah dan salah bisa benar.

"Tayangan-tayangan di televisi yang merusak moral marak di negeri kita, akibatnya bencana datang bertubi-tubi," katanya sembari menegaskan dengan firman Allah SWT, bahwa kerusakan di darat dan di laut karena disebabkan ulah tangan manusia.(*)


READ MORE >>

Mensos: Solidaritas dan Gotong Royong Masih Kental

Solo (ANTARA News) - Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al-Jufri menyatakan bahwa gotong royong dan solidaritas sosial di Indonesia masih kental, yang antara lain dapat dilihat pada penanganan anak jalanan di Solo.

Mensos Salim Segaf Al-Jufri didampingi Wali Kota Surakarta Joko Widodo mengatakan hal itu ketika meresmikan "Sekolah Kita" untuk anak jalanan yang dikelola Yayasan Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pinggran (PPAP) di Petoran, Solo, Jawa Tengah, Minggu.

"Kami cukup tersentuh bahwa ternyata gotong royong dan solidaritas sosial masyarakat di Solo masih kental, dan ini bisa dilihat dalam penanganan sekolah anak jalan dengan gratis. Anak-anak ini semula tidak punya harapan dan masa depan, tetapi sekarang mereka mempunyai harapan dan masa depan," katanya.

Untuk menangani anak jalanan, sebanyak 19 instansi dilibatkan karena persoalannya cukup kompleks dan tidak mungkin bisa diselesaikan oleh Departemen Sosial.

"Hampir semua instansi ikut terlibat termasuk pemerintah daerah, semua saling melengkapi sehingga persoalan sosial bisa cepat selesai," katanya.

Mensos mengatakan penangananan masalah sosial termasuk salah satu program dalam kerja 100 hari, dan kunjungan kerja ke Solo merupakan yang kedua setelah dirinya diangkat menjadi Menteri.

Mensos dalam kunjungan kerja tersebut juga memberikan bantuan uang sebesar Rp295,5 juta untuk Yayasan Seroja yang menangani anak jalan dan juga memberikan bantuan sebesar Rp109,8 juta untuk Yayasan Al Iksan.

Ketua PPAP Heni Retno Pujiastuti mengatakan anak jalanan yang ditampung dalam "Sekolah Kita" sebanyak 20 anak, dengan kurikulum sekolah 80 persen berupa nonakademik.

Anak-anak yang sekolah di tempat ini tidak dipungut biaya. Penanganan anak-anak jalanan ini juga mendapat bantuan dana dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebesar Rp60 juta yang disalurkan lewat Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Surakarta.
(*)


READ MORE >>

Penistaan Al-Quran Ala Doktor UIN Yogya

Buku seorang dosen agama dan doktor lulusan UIN Yogya banyak sekali kekacauan pemikiran yang memerlukan terapi serius. Baca CAP Adian ke-273

Oleh: Dr. Adian Husaini

Tampaknya, bagi para ulama dan tokoh Islam di NTB, isu liberalisasi Islam sudah cukup akrab dengan mereka. Mereka mengakui, sejumlah masalah yang dibahas dalam seminar sudah terjadi juga di daerah mereka, meskipun dalam skala yang belum masif seperti di sejumlah kota di Pulau Jawa. Salah satu masalah yang sudah mulai dilontarkan kaum liberal di NTB adalah soal ”Desakralisasi Al-Quran.” Ada seorang tokoh yang mengaku sempat berdiskusi dengan seorang mahasiswa IAIN Mataram, yang bertanya kepadanya: ”Apakah Al-Quran itu benar-benar suci atau dianggap suci?”

Mendengar pertanyaan itu saya menjawab dengan agak bercanda, ”Tanyakan pada si mahasiswa, apakah dia benar-benar manusia atau dianggap manusia?”

Dalam seminar di NTB, isu ”desakralisasi Al-Quran” memang disinggung juga oleh KH Abdullah Syukri Zarkasyi. Gubernur NTB yang juga kandidat doktor ilmu Tafsir di Universitas al-Azhar Kairo, bahkan menguraikan cukup panjang sejarah serangan kaum orientalis terhadap Islam, termasuk terhadap Al-Quran. Ia menunjukkan sejumlah contoh kesungguhan dan kesabaran para orientalis dalam menyerang Islam. ”Sehingga dalam pertarungan ini, siapa yang lebih sabar yang akan menang,” ujarnya seraya mengajak para peserta seminar untuk meningkatkan kesabaran dalam berjuang.

Proyek ”desakralisasi Al-Quran” memang termasuk salah satu tema pokok dalam liberalisasi Islam. Mengikuti tradisi kajian Al-Quran model orientalis, sejumlah pemikir liberal tampak berusaha keras meyakinkan kaum Muslim, bahwa Al-Quran bukanlah sebuah kitab suci, tetapi kitab yang dianggap suci. Ada yang berusaha keras menulis artikel untuk membuat kaum Muslimin ragu-ragu terhadap kebenaran dan keotentikan Al-Quran. Dia mencoba meyakinkan, bahwa Al-Quran adalah kitab biasa-biasa saja, yang juga mengandung kesalahan secara tata bahasa. Tentu saja, pekerjaan semacam ini akan sia-sia saja. Meskipun si penulis mendapatkan imbalan tertentu di dunia.

Pikiran semacam ini tampaknya cukup luas merasuki pemikiran kalangan akademisi di lingkungan Perguruan Tinggi Islam saat ini. Tentu kita masih ingat, bagaimana seorang dosen IAIN Surabaya yang pada 5 Mei 2006, menerangkan posisi Al-Quran sebagai hasil budaya manusia. Dia katakan, "Sebagai budaya, posisi Al-Quran tidak berbeda dengan rumput. Sebagai budaya, Al-Quran tidak sakral. Yang sakral adalah kalamullah secara substantif.”

Sebuah jurnal yang diterbitkan di IAIN Semarang edisi 23 Th. XI/2003, menulis di sampul belakangnya: ”ADAKAH SEBUAH OBJEK KESUCIAN DAN KEBENARAN YANG BERLAKU UNIVERSAL? TIDAK ADA! SEKALI LAGI, TIDAK ADA! TUHAN SEKALIPUN!” Di pengantar redaksinya juga ditegaskan: ”Dan hanya orang yang mensakralkan Qur’anlah yang berhasil terperangkap siasat bangsa Quraisy tersebut.”

Mengapa kaum liberal giat dalam mengkampanyekan tema ”desakralisasi Al-Quran”, bahwa Al-Quran bukanlah kitab suci? Ternyata, jika kita cermati, tujuan mereka adalah ingin memberikan legitimasi terhadap masuknya berbagai metode penafsiran Al-Quran, di luar ilmu Tafsir Al-Quran. Dengan meletakkan posisi Al-Quran sebagai teks biasa, teks sastra, teks budaya, atau teks sejarah, yang sama dengan teks-teks lain, maka dimungkinkan masuknya model pemahaman Al-Quran yang baru, seperti hermeneutika.

Di NTB itulah, saya lebih berkesempatan membaca sebuah buku berjudul Arah Baru Studi Ulum Al-Quran: Memburu Pesan Tuhan di Balik Fenomena Budaya karya seorang dosen STAIN di Jawa Timur, yang juga doktor lulusan UIN Yogyakarta. Sebut saja inisialnya ”AW”. Tesis master dosen ini juga sudah diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan, yang juga menolak kesucian Al-Quran. Buku Arah Baru Studi Ulum Al-Qur’an, semakin menegaskan, adanya kecenderungan dan gerakan penghancuran ulumul-Quran para ulama Islam, digantikan dengan teori-teori ilmu sosial para ilmuwan Barat. AW sangat getol dalam mempromosikan penggunaan hermeneutika untuk – katanya – memahami pesan Tuhan yang terperangkap dalam Mushaf Utsmani. Seperti biasa, para pengguna hermeneutika biasanya melakukan proses desekralisasi teks Al-Quran. Itu pula yang dilakukan dosen STAIN ini. Simaklah pandangan penulis tentang Al-Quran berikut ini:

”Dalam karya ini, saya membedakan antara wahyu, al-Qur’an, dan Mushaf Usmani. Ketiganya adalah tiga nama yang kendati mengacu pada satu substansi, tetapi kadar muatan ketiganya berbeda. Wahyu sebagai pesan otentiks Tuhan masih memuat keseluruhan pesan Tuhan; al-Qur’an sebagai wujud konkret pesan Tuhan dalam bentuk bahasa Arab oral memuat kira-kira sekitar 50 persen pesan Tuhan; dan Mushaf Usmani sebagai wujud konkret pesan Tuhan dalam bentuk bahasa Arab tulis hanya memuat kira-kira tiga puluh persen pesan Tuhan. Jika selama menjadi wahyu masih memuat keseluruhan pesan Tuhan, tidak demikian halnya ketika telah menjadi Al-Quran dan Mushaf Usmani. Hal itu terjadi, bukan karena Tuhan tidak mampu menjamin keabadian pesan-Nya, melainkan karena keterbatasan Bahasa Arab yang dijadikan wadah pesan Tuhan yang tak terbatas itu.” (hal.vii).

Saya sangat prihatin dan sekaligus kasihan membaca berbagai uraian dalam buku ini. Sebab, buku ini ditulis oleh seorang dosen agama dan doktor lulusan UIN Yogya. Selain disebarkan melalui tulisan, dosen ini tentu juga mengajarkan pemikirannya kepada para mahasiswanya. Banyak sekali kekacauan dan kerancuan pemikirannya, yang tentu saja memerlukan terapi yang sangat serius. Marilah kita lihat contoh-contoh kekacauan berpikir dosen yang dinyatakan lulus doktornya di UIN Yogya dengan predikat cum laude ini. Dia menulis sebagai berikut:

”Ketika pesan Tuhan diwadahkan ke dalam bahasa Arab itu, maka Muhammad sebagai agen tunggal Tuhan yang juga sebagai masyarakat Arab memilih lafaz dan makna tertentu yang mampu memuat dua pesan, yakni pesan Tuhan dan pesan masyarakat Arab sebagai pemilik bahasa Arab. Implikasinya, teori interpretasi yang hanya mengacu kepada fenomena kebahasaan semacam tafsir, hanya mampu menemukan pesan masyarakat Arab sebagai pemilik bahasa Arab. Sedang pesan Tuhan yang ada di dalamnya belum tersentuh sedikit pun. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teori interpretasi lain yang dinilai mampu menemani tafsir, sehingga yang terungkap bukan hanya pesan pemilik bahasa,tetapi juga pesan Tuhan. Hermeneutika tampaknya bisa menjadi mitra tafsir guna mengungkap pesan Tuhan di balik Bahasa Arab sebagai fenomena budaya.” (hal.viii).

Sekilas saja, kita bisa menilai, bahwa kata-kata si dosen STAIN itu sebenarnya asbun (asal bunyi). Tuduhan bahwa Ilmu Tafsir selama ini tidak mampu menangkap pesan Allah dalam Al-Quran adalah suatu bentuk pernyataan asal-asalan. Tentu kita tidak bisa menyimpulkan si dosen ini ”sakit jiwa”, sebab bisa meraih gelar doktor dari UIN Yogya dengan predikat cum laude dan bisa menulis banyak buku. Tetapi, yang jelas, selama 1400 tahun lebih, umat Islam di seluruh dunia telah memahami Al-Quran dengan menggunakan Ilmu Tafsir dan tidak menggunakan hermeneutika. Lalu, tiba-tiba di ”zaman edan” ini muncul ”pemikir luar biasa hebat” dari UIN Yogya yang dengan gagah berani menyimpulkan:

”teori interpretasi yang hanya mengacu kepada fenomena kebahasaan semacam tafsir, hanya mampu menemukan pesan masyarakat Arab sebagai pemilik bahasa Arab. Sedang pesan Tuhan yang ada di dalamnya belum tersentuh sedikit pun.”

Karena berlagak menjadi mujtahid besar itulah maka pengguna hermeneutika -- seperti penulis buku ini -- lalu bersikap sok hebat dan merendahkan martabat, keilmuan, dan keikhlasan Khalifah Usman bin Affan serta para ulama Islam terkemuka. Tapi, ironisnya, pada saat yang sama, kaum liberal juga sangat hormat dan bertaklid buta begitu saja kepada Mohammed Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Khaled Abou el-Fadl, Farid Essac, Paul Ricour, Fazlur Rahman, Hegel, dan sebagainya.

Simaklah sejumlah ungkapan AW tentang Mushaf Usmani berikut ini:

Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa proses pembukuan Al-Quran diwarnai campur tangan Utsman dalam posisinya sebagai khalifah, yang oleh Abu Zayd disebut sebagai ”dekrit” khalifah.” (hal. 169)... ”Maka tidak bisa disalahkan kiranya jika diasumsikan bahwa di balik keputusan khalifah Utsman tersebut mengandung adanya unsur ideologis, terutama ideologi pemilik bahasa yang dipilih menjadi bahasa Mushaf Usmani.” (hal. 170)...”Lebih-lebih, Khalifah Utsman telah menghilangkan dan menyensor bahkan memusnahkan korpus kitab-kitab individu, seperti milik Ibnu Mas’ud dan Siti Hafsah. Ini jelas berimplikasi pada pemusatan pembacaan hanya pada Mushaf Usmani. Jika boleh memberi istilah, Mushaf Usmani ini telah menjadi ”penjara” bagi pesan rahasia Tuhan. Penjara yang dimaksud di sini adalah ideologi Quraisy yang melingkupinya, dan bahkan antara Quraisy dan al-Qur’an (Mushaf Usmani) merupakan dua anak kembar yang saling bersanding dan dua cabang yang berakar sama, yang dengannya mereka mencoba menancapkan hegemoninya.” (hal. 172).

Begitulah pandangan doktor UIN Yogya yang sangat merendahkan martabat Sayyidina Utsman bin Affan dan menistakan Al-Quran. Sebenarnya, jika AW mau mengungkapkan berbagai penjelasan dalam kitab Ulumul Quran, maka dengan mudah ditemukan penjelasan seputar tindakan Khalifah Utsman r.a. yang sangat mulia dan luar biasa besar jasanya dalam kodifikasi Mushaf Al-Quran. Tapi, dia lebih percaya kepada pendapat-pendapat orientalis yang memberikan berbagai tuduhan dan sangkaan terhadap Khalifah Utsman r.a., menantu Rasulullah saw, dan termasuk salah satu sahabat yang dijamin masuk sorga oleh Rasulullah saw.

Tindakan Sayyidina Utsman itu pun sudah mendapat pesertujuan dari semua sahabat, termasuk Abdullah bin Mas’ud dan Ali bin Abi Thalib. Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang menentang tindakan Utsman r.a., karena memang kodifikasi Al-Quran itu bukan dilakukan untuk kepentingan politik atau kesukuan. Karena itulah, sepanjang sejarah Islam, meskipun terjadi berbagai konflik politik, tidak pernah terpikir suatu rezim untuk membuat Al-Quran baru. Betapa pun kerasnya konflik antara Ali dan Mu’awiyah, keduanya tetap menjadikan Mushaf Utsmani sebagai pedoman. Setelah Abbasiyah berkuasa, mereka juga tidak mengganti Mushaf Utsmani dengan Mushaf baru. Maka, tuduhan-tuduhan keji terhadap Sayyidina Utsman r.a. dan Mushaf Utsmani sebenarnya sangat tidak ilmiah dan hanya berlandaskan kebodohan dan kebencian.

Kajian terakhir yang menyudutkan Mushaf Usmani, misalnya datang dari seorang orientalis Kristen Jerman (berasal dari Lebanon) yang menggunakan nama samaran Christoph Luxenberg. Sebagaimana para pendahulunya, Luxenberg juga menggugat Al-Quran sebagai “wahyu” yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Ia mencoba menggugurkan keyakinan kaum Muslim bahwa Al-Quran adalah “tanzil”, “suci”, bebas dari kesalahan, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran (QS 15:9). Menurut Luxenberg -- dengan melakukan kajian semantic terhadap sejumlah kata dalam Al-Quran Arab yang diambil dari perbendaharaan bahasa Syriac -- Al Qur'an yang ada saat ini (Mushaf Utsmani) adalah salah salin (mistranscribed) dan berbeda dengan teks aslinya. Teks asli Al Qur'an, simpulnya, lebih mirip bahasa Aramaic, ketimbang Arab. Dan naskah asli itu telah dimusnahkan Khalifah Usman bin Affan. Dengan kata lain, Al-Quran yang dipegang oleh kaum Muslim saat ini, bukanlah wahyu Allah SWT, melainkan akal-akalan Utsman bin Affan r.a.

Lunxenberg – seperti banyak orientalis lainnya – mempertanyakan motivasi Utsman bin Affan melakukan kodifikasi Al-Quran. Ia menduga, teks Al-Quran yang dimusnahkan Utsman bin Affan berbeda dengan teks Mushaf Utsmani yang sekarang ini. Tuduhan semacam ini sama sekali tidak beralasan, sebab proses kodifikasi Al-Quran di zaman Utsman bin Affan sangat terbuka kerjanya, dan Al-Quran selalu diingat oleh ratusan, ribuan – bahkan kini jutaan kaum Muslimin. Setiap kekeliruan akan selalu dikoreksi oleh kaum Muslim.

Tetapi, para orientalis memang tidak pernah berhenti untuk menyerang Al-Quran dengan berbagai cara. Ironisnya, cara-cara orientalis semacam ini sekarang dilakukan oleh beberapa akademisi dari kalangan Perguruan Tinggi Islam sendiri. Bahkan, tuduhan-tuduhan tidak beradab terhadap Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu seperti yang dilakukan doktor UIN Yogya itu juga kemudian dialamatkan kepada Imam al-Syafii rahimahullah. Dengan menjiplak begitu saja pendapat Nasr Hamid Abu Zayd, tanpa sikap kritis sedikit pun, AW menulis: ”Al-Quran versi bahasa Quraisy inilah yang diperjuangkan oleh Imam Syafi’i sebagai wahyu Tuhan yang layak dihormati hingga pada teks tulisannya, sebagai konsekuensi logis di mana dan dalam suku apa ia dilahirkan.” (hal. 170).

Tentu sangatlah tidak beradab memberikan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar kepada seorang ulama besar seperti Imam Syafii, yang begitu besar jasanya kepada umat Islam. Apalagi memberikan tuduhan dan prasangka negatif kepada sahabat-sahabat Rasulullah saw. Umat Islam sangat mencintai Nabi Muhammad saw, dan tentu, umat Islam juga sangat mencintai para sahabatnya dan juga pelanjut risalahnya, yaitu para ulama yang alim dan shalih. Adab seperti inilah yang seharusnya dijaga dalam dunia ilmiah di lingkungan Perguruan Tinggi Islam. Tindakan menghujat dan melecehkan Al-Quran, sahabat, dan ulama, tidak patut dilakukan oleh seorang Muslim, meskipun dengan mengatasnamakan kebebasan ilmiah dan sikap kiritis.

Apalagi, faktanya, doktor UIN Yogya ini juga sama sekali tidak bersikap kritis ketika mengutip pendapat-pendapat para orientalis dan pemikir liberal. Ia menolak pemahaman bahwa lafaz dan makna Al-Quran (Mushaf Utsmani) berasal dari Allah, sehingga bersifat sakral (suci), dan membacanya dalam bentuk tartil pun dinilai sebagai membaca wahyu Allah dan si pembaca mendapatkan pahala. Menurut sang doktor UIN Yogya tersebut, yang sakral dari Mushaf Utsmani hanyalah maknanya, sementara lafaznya tidak sakral.

”Namun demikian, lafadznya, sebagai wadah pesan Tuhan tetap harus dihormati. Karena itu, yang dianjurkan membaca di sini adalah dalam arti mengungkap pesan itu, bukan tartilnya. Karena pesan itu terdapat dalam bahasa yang profan, maka diperlukan alat apa saja yang secara metodologis absah digunakan dalam sebuah kajian ilmiah, termasuk hermeneutika.” (hal. 184).

Membaca pemikiran doktor cum laude dari UIN Yogya ini, tentu wajar jika selama ini kita mempertanyakan, mengapa penggunaan hermeneutika dalam studi Al-Quran terus digalakkan di Perguruan Tinggi Islam. Tampak jelas, bagaimana pemikiran sang doktor ini dalam menistakan Al-Quran, para sahabat Nabi Muhammad saw, dan para ulama Islam yang sangat kredibel. Kita bisa melihat bagaimana tendensiusnya kajian yang mempromosikan hermeneutika sebagai metode alternatif dalam penafsiran Al-Quran. Kajian semacam ini jauh dari sikap ilmiah yang bermutu. Maka, adalah aneh, ketika seorang guru besar di UIN Yogya, Prof. Dr. Hamim Ilyas, membuat kriteria bahwa salah satu ciri kaum fundamentalis adalah menolak penggunaan hermeneutika dalam penafsiran Al-Quran.

Mengapa muncul kegilaan pada hermeneutika dan penistaan Ilmu Tafsir pada sebagian akademisi di Perguruan Tinggi Islam? Kita menemukan jawabannya pada artikel Dr. Syamsuddin Arif di Harian Republika (30 September 2004), yang berjudul “Kisah Intelektual Nasr Hamid Abu Zayd”:

“Terus-terang saya tidak begitu tertarik oleh teori dan ide-idenya mengenai analisis wacana, kritik teks, apalagi hermeneutika. Sebabnya, saya melihat apa yang dia lontarkan kebanyakan -- untuk tidak mengatakan seluruhnya -- adalah gagasan-gagasan nyeleneh yang diimpor dari tradisi pemikiran dan pengalaman intelektual masyarakat Barat… Orang macam Abu Zayd ini cukup banyak. Ia jatuh ke dalam lubang rasionalisme yang digalinya sendiri. Ia seperti istri Aladdin, menukar lampu lama dengan lampu baru yang dijajakan oleh si tukang sihir.”

Dan memang faktanya, para pengguna hermeneutika dan pengecam Tafsir Al-Quran, hingga kini tidak pernah mampu membuat satu Tafsir Al-Quran pun. Sebab, tampaknya, ”maqam” mereka baru sampai pada tahap merusak dan hanya isapan jempol belaka, jika diangggap para hermeneut ini mampu menciptakan metode Tafsir Al-Quran baru yang sanggup menandingi kehebatan Ilmu Tafsir, Ilmu Ushul Fiqih, dan sebagainya. Bahkan, tampak jelas, buku karya doktor UIN Yogya ini pun tidak menunjukkan contoh, bagaimana metode dan model Studi Al-Quran yang baru dan hebat.

Kita yakin, Al-Quran ini Kalamullah. Al-Quran adalah milik Allah. Dan pasti, Allah yang menjaganya dari berbagai upaya untuk merusaknya. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang tahu diri! Tidak patut burung emprit berlagak seperti burung elang. Wallahu a’lam. [Malang, 7 November 2009/www.hidayatullah.com]

Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

READ MORE >>

Intelijen Perang Badar

Para informan sama-sama melakukan peran mereka. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (SAW) sendiri ikut ambil bagian dalam aktivitas ini

Hidayatullah.com--Madinah (pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) juga memiliki sejumlah perangkat vital untuk melindungi diri, baik ancaman dari luar, maupun dalam. Dan intelijen adalah salah satu perangkat itu.

Terutama saat terjadi krisis antara Madinah dengan musuh-musuh dakwah, seperti Quraish, beberapa kabilah Yahudi, sampai imperium Romawi, kekuatan intelijen Muslim telah melakukan perannya dengan sangat baik. Sehingga tak jarang, berbagai pertempuran dimenangkan berkat lihainya para informan, dalam memperoleh informasi mengenai kekuatan lawan. Sekalipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada faktor lainnya yang juga ikut berperan, bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).

Tidak hanya para sahabat Rasulullah SAW yang bergerak dalam sektor ini. Beliau sendiri pernah melakukan aktivitas intelijen di beberapa kesempatan.

Hanya saja, intel-intel zaman Nabi berbeda bumi dan langit dibanding intel-intel sekarang.

Alkisah, kala itu, Rasulullah (SAW) bertolak dari desa Dafiran, untuk melakukan perjalanan menuju sebuah tempat dekat Badar. Tidak ada yang menemani perjalanan beliau, kecuali Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu anhu (RA). Di tempat itu, beliau bertemu dengar seorang laki-laki tua yang tinggal di pedalaman gurun (badui). Rasulullah SAW lalu bertanya perihal kedatangan kaum Quraish, juga kedatangan pasukan beliau sendiri. Lelaki itu menolak memberikan informasi, kecuali setelah beliau berdua membuka identitas.

Rasulullah SAW tidak menyerah dengan jawaban itu, beliau membalas, “Jika engkau memberi tahu kami, maka kami memberi tahu kalian.” Memperoleh jawaban demikian, orang tua itu memastikan, ”Apakah dengan memberi tahu tentang mereka, kalian memberi tahu, siapa kalian?” Rasulullah SAW menjawab, “Iya.”

Akhirnya lelaki tua itu membuka mulut, “Telah sampai kepadaku berita bahwa Muhammad dan para sahabatnya keluar dari Madinah pada hari begini-begini. Jika yang memberitahuku jujur, maka mereka hari ini sudah sampai tempat begini-begini. Dan telah sampai kabar kepadaku bahwa Quraish keluar dari Mekah pada hari begini-begini, kalau yang memberitahuku jujur, maka pada hari ini mereka sudah sampai tempat begini-begini.”

Setelah lelaki itu memberikan informasinya, ia ganti bertanya kepada Rasulullah SAW, “Dari siapa kalian?” Rasulullah SAW menjawab sambil berlalu meninggalkan lelaki tua itu, “Kami dari air”.

Informasi yang diberikan laki-laki tua itu amatlah berharga bagi umat Islam. Karena dengan mengetahui kondisi musuh, maka pasukan Islam memiliki persiapan lebih matang dan informasi itu bisa dijadikan pijakan dalam menentukan strategi bertempur. Bahkan lebih dari itu, walau mendapat informasi lengkap, karahasiaan identitas kaum Muslimin tetap terjaga. Ini bisa terwujud karena Rasulullah SAW menyembunyikan identitas. Maka pihak Quraish pun tidak bisa mengorek keterangan dari laki-laki Badui tersebut mengenai kondisi pasukan Muslimin.

Rasulullah SAW tidak hanya menyembunyikan identitas, tapi beliau menutup kemungkinan laki-laki itu untuk berpikir bahwa beliau berdua begian dari kelompok Muslim, dengan menanyakan keadaan pasukan Muslim sekaligus pasukan Quraish kepadanya. Tentu cara yang ditempuh Rasulullah SAW ini adalah cara yang amat cerdik.

Peristiwa yang disebutkan oleh Ibnu Hisyam dalam As Sirah An Nabawiyah (2/459) itu menunjukkan bahwa praktik intelijen telah digunakan sejak masa Rasulullah SAW, juga menunjukkan bahwa beliau sendiri amat memperhatikan pentingnya aktivitas ini, guna melawan kekuatan Quraish.

Tidak hanya kaum Muslimin yang melakuan pengintaian, pihak Quraish juga memiliki orang-orang pilihan untuk melakukan spionase. Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa setelah berdekatan dengan lembah Badar, kaum Quraish mengutus Umair bin Wahb Al Jamhi, untuk mencari tahu kekuatan pasukan Muslimin.

Tidak membutuhkan waktu lama, laki-laki ini kembali dengan membawa kabar bahwa jumlah pasukan Muslimin sebanyak 300 laki-laki, dengan beberapa tambahan. Akan tetapi, “intel musyrikin” ini masih belum puas dengan informasi ini. Ia minta izin untuk kembali, guna memastikan apakah jumlah itu jebakan, atau masih ada bantuan pasukan lainnya. Dan setelah ia melakukan pengintaian lagi, ia begitu yakin, “Mereka tidak memiliki tempat berlindung, kecuali dengan pedang-pedang mereka,” katanya

Analisa Kekuatan


Ada pula aktivitas intelijen lainnya. Rasulullah SAW kembali ke pasukan, tapi beliau masih perlu mengutus Ali bin Abi Thalib, Az Zubair bin Awam, dan Sa’ad bin Abi Waqash untuk mencari informasi mengenai kekuatan pasukan musuh. Sedangkan Rasulullah SAW menyusul kemudian.

Dikisahkan, setelah dekat sumur Badar, Ali bin Abi Thalib beserta Az Zubair bin Awam bertemu dengan dua orang budak. Setelah ditanya, mereka mengaku sebagai pemberi minum kaum Quraish. Namun, karena pengakuan itu, mereka berdua dipukuli oleh sekelompok orang yang juga berada di tempat itu. Hingga akhirnya, mereka mengatakan bahwa mereka pembantu Abu Sufyan, dan sekelompok orang tersebut berhenti memukul dan meninggalkan mereka berdua.

Rasulullah SAW yang saat itu berada di tempat itu menegaskan kepada para sahabat bahwa pemukulan terhadap kedua budak itu menunjukkan bahwa keduanya berkata benar, bahwa mereka memang dari kaum Quraish.

Akhirnya ganti Rasulullah SAW yang bertanya kepada kedua budak itu, “Berapa jumlah mereka?” Mereka menjawab, “Banyak.” Rasulullah SAW kemudian menanyakan jumlah hewan yang dipotong untuk mereka setiap harinya. “Kadang sembilan, kadang sepuluh ekor.”

Informasi sederhana itu amat cukup bagi Rasulullah SAW, hingga akhirnya beliau berkesimpulan bahwa jumlah mereka antara sembilan ratus hingga seribu.

Informasi mengenai pasukan musuh terus-menerus dikumpulkan. Tidak hanya oleh Rasulullah SAW sendiri, tapi para sahabat juga ikut berpartisipasi. Seperti yang dilakukan oleh Basbas bin Amru dan Adi bin Abi Az Zaghb. Mereka sama-sama bertolak menuju Badar. Setelah tiba di sumur Badar, mereka bertemu dua budak perempuan yang saling berebut mengambil air. “Besok atau lusa akan datang kafilah, bekerjalah untuk mereka.” Setelah itu, budak lainnya mengalah. Kedua sahabat Rasulullah SAW tersebut mendengar percakapan itu, akhirnya mereka kembali untuk memberi kabar kepada Rasulullah SAW mengenai kedatangan pasukan Quraish.

Itulah sekilas mengenai aktivitas intelijen menjelang meletusnya perang Badar, yang terjadi pada Jumat pagi, 17 Ramadhan tahun kedua setelah hijrah.

Ke Tengah Barisan


Saat Yahudi dan Quraish melakukan koalisi untuk melakukan penyerangan terhadap Madinah, pihak Muslim berhasil mengetahui rancana itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) kemudian memerintahkan para sahabat membuat parit, guna membentengi Madinah, hingga terjadilah perang Khandaq di bulan Syawal tahun ke-5 setelah hijrah.

Tatkala pasukan Quraish tertahan di luar parit, dan berhadapan dengan angin yang berhembus amat kencang, Rasulullah SAW segera memerintahkan Hudzaifah bin Yaman menyusup ke dalam berisan musuh. Tanpa banyak kesulitan, beliau berhasil bergabung dengan kelompok Quraish, dan mendapatkan informasi bahwa Abu Sufyan, memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Mekah, disebabkan cuaca buruk.

Lebih dari itu, saat itu Hudzaifah sebenarnya memiliki peluang membunuh Abu Sufyan, “Kalau seandainya Rasulullah SAW tidak berpesan kepadaku agar tidak ada yang terbunuh hingga aku kembali, maka aku akan membunuhnya dengan busur.” (As Sirah An Nabawiyah, 3/154,166)

Tertangkap

Diriwayatkan oleh Abu Ishaq, kaum Quraish telah mengirim 40 atau 50 mata-mata ke Madinah. Mereka sempat mengelilingi kamp pasukan Muslim untuk membunuh salah satu dari mereka. Akan tetapi mereka berhasil ditangkap, namun kemudian mereka dibebaskan oleh Rasulullah SAW, dan dibiarkan kembali ke Mekah. Peristiwa ini terjadi menjelang Baiat Ridhwan.

Berbeda lagi dengan kasus intel di Madinah. Kala itu, tiga ribu pasukan Muslim sudah berada di Syam (kini Damaskus) untuk melawan pasukan Heraklius. Pasukan Muslim berhasil memperoleh informasi bahwa kekuatan pasukan Romawi itu berjumlah 100 ribu orang dan mereka sudah berada di Mab, sebuah desa di Syam. Dengan bekal informasi itu, mereka hendak melaporkan kekuatan musuh ke Madinah, hingga Rasulullah SAW mengirim bantuan atau memerintahkan untuk tetap bertempur.

Tapi, Abdullah bin Rawahah selaku salah satu pemimpin terus memberi semangat agar mereka tetap bertempur, hingga pertempuran tidak dapat dielakkan. Peristiwa itu dikenal dengan Perang Mu’tah, yang terjadi pada bulan Jumadi Al Ula tahun ke-8 setelah hijrah.

Seperti hanya juga yang biasa berlaku dalam dunia intelijen dan militer modern, guna membedakan siapa kawan dan lawan, pasukan Muslim pada zaman Rasulullah SAW memiliki sandi khusus. Dalam berbagai peperangan berbagai macam sandi telah digunakan.

Dalam pertempuran Khandaq dan Bani Quraidhah, pasukan Muslimin menggunakan sandi, “Haamiim, la yunsharun.” (Riwayat Abu Dawud), yang menurut salah satu penafsiran, bermakna bahwa Allah tidak bisa dikalahkan, karena Haamiim menurut penafsiran ini adalah salah satu dari nama Allah Ta’ala.

Dalam pertempuran melawan Bani Malmuh, yang dilakukan malam hari, digunakan sandi, “Amit..amit.” (As Sirah An Nabawiyah, 4/472), yang maknanya, “bunuhlah...bunuhlah”.


READ MORE >>

Afghanistan - Israel Jalin Kesepakatan Rahasia

KABUL (SuaraMediaNews) – Sejumlah sumber-sumber pers di Pakistanmengungkapkan mengenai sebuah kesepakatan pembelian kendaraan militer yang tercapai antara Tel Aviv dan Kabul. Pembelian sejumlah Jip militer “Sufa” dari Israel tersebut ditengarai berharga puluhan juta dollar.


Dalam harian Pakistan Observer, disebutkan bahwa Israel menandatangani kesepakatan pertama yang pernah tercapai dengan Afghanistan. Dalam kesepakatan tersebut, para produsen kendaraan dari negara Zionis tersebut akan memasok jip militer lapis baja kepada militer Afghanistan. Selain jip militer yang dinamakan “Sufa” – yang artinya badai – tersebut, disepakati juga mengenai pasokan sejumlah perlengkapan tempur lainnya.

Sumber-sumber terpercaya mengatakan kepada koresponden Pakistan Observer bahwa Afghanistan telah menyampaikan sebuah pemesanan untuk membeli Jip “Sufa” dari industri otomotif yang berbasis di Israel.

Kendaraan lapis baja tersebut sedianya akan dipergunakan oleh pemerintah Afghanistan untuk menghadapi para pejuang Taliban dan Al-Qaeda, yang dengan senjata portabel modernnya seringkali membuat tank-tank berukuran besar menjadi tidak efektif.

Menurut surat kabar Pakistan tersebut, dengan nilai yang mencapai puluhan juta dollar, kesepakatan tersebut adalah sebuah kesepakatan rahasia terbesar yang pernah dicapai oleh militer Afghanistan dengan Israel.

Ketika dimintai keterangan, manajer umum dari industri produsen kendaraan dari Israel menampik pemberitaan yang beredar dan menyebutkan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Afghanistan. Pihaknya mengklaim bahwa perusahaan Zionis tersebut tidak pernah mengadakan perjanjian dengan sebuah negara Islam.

Dalam harian Pakistan Observer, disebutkan bahwa ada sejumlah pejabat senior militer dari kementerian Israel yang berkunjung ke ibukota Afghanistan, Kabul, dimana diyakini dia menggelar dialog dengan para pejabat senior dari kementerian pertahanan Afghanistan.

Sebagai upaya timbal balik, delegasi pejabat tinggi militer Afghanistan yang terdiri dari tiga orang berkunjung ke Tel Aviv untuk memberikan “sentuhan final” terhadap perjanjian tersebut. Surat kabar Pakistan tersebut mencatat dalam laporannya bahwa pihaknya masih belum mengetahui dengan jelas apakah perjanjian Israel dan Afghanistan tersebut dapat dilaksanakan secara langsung antara keduanya ataukah dilakukan melalui pihak ketiga, yakni AS.

Industri otomotif Israel hingga baru-baru ini tengah terjerembap dalam defisit anggaran, namun setelah mendapatkan pemesanan baru, maka pabrikan kendaraan lapis baja yang berpusat di Galilee tersebut seolah mendapatkan suntikan darah baru dan kembali mampu memproduksi kendaraan.

Para pengamat di Afghanistan meyakini bahwa ada beberapa puluh orang tentara Israel yang ditempatkan di Afghanistan, termasuk sejumlah pasukan yang berada di propinsi barat daya yang berbatasan langsung dengan Pakistan.

Sementara itu, pada hari Jumat, 28 Agustus 2009, setidaknya tercatat 730 orang pasukan AS yang tewas di medan tempur Afghanistan, Pakistan dan Uzbekistan sebagai hasil dari invasi AS di Afghanistan pada akhir tahun 2001, data tersebut dirilis oleh Departemen Pertahanan.

Dari angka tersebut, militer AS melaporkan bahwa 554 diantaranya tewas karena serangan langsung.

Seorang prajurit AS yang belum dapat diidentifikasi tewas pada hari Jumat ketika truk yang dikendarainya melintasi sebuah bom pinggir jalan di sebelah timur Afghanistan, data tersebut menjadikan angka prajurit AS yang tewas dalam perang Afghanistan pada bulan ini menjai 45 orang, satu orang lebih banyak dari laporan bulan Juli.

Angka kematian pasukan Amerika terus meningkat menyusul keputusan presiden Barack Obama untuk mengirimkan 21.000 tentara pasukan tambahan ke Afghanistan untuk memerangi kelompok Taliban dan “melatih” pasukan keamanan Afghanistan.

Keputusan Obama tersebut adalah sebuah bagian dari pergeseran strategi dalam kebijakan perang AS, AS memindahkan banyak sumber daya pertempuran dari Irak, yang menjadi pusat perhatian utama sejak invasi pimpinan AS tahun 2003 lalu.

Meningkatnya angka kematian pasukan AS tersebut telah memantik kekhawatiran AS dan para sekutunya mengenai arah perang Afghanistan, yang diluncurkan oleh pemerintahan George W. Bush dengan dalih untuk memburu Osama bin Laden yan dituding berada di balik serangan 11 September 2001 di AS. (dn)


READ MORE >>

Urgensi Syahadat (3)

Berikut ini adalah lanjutan seri Materi Tarbiyah yang berjudul Urgensi Syahadat. Urgensi Syahadat (3) ini merupakan posting terakhir, kelanjutan dari Urgensi Syahadat (2). Pada seri Materi Tarbiyah berikutnya insya Allah akan dibahas tema yang berbeda.
***

Hakikat Dakwah Rasul (Haqiiqat Da’wah Ar-Rasuul)

Setiap nabi dan rasul senantiasa menyeru kepada pemurnian tauhid. Mereka mengajak manusia hanya menyembah kepada Allah dengan mengingkari taghut. Nabi SAW diutus oleh Allah untuk menjadi dai yang mengajak manusia kepada tauhid.

Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (45) وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا (46) [الأحزاب/45، 46]
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi dai (penyeru) kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi (QS. Al-Ahzab : 45-46).

Salah satu misi kerasulan sebagaimana informasi ayat di atas adalah sebagai dai yang menyeru ke jalan Allah (da’iyat ilallah). Dakwah hanyalah berorientasi mengajak manusia agar menyembah kepada Allah semata, sebagaimana Allah SWT berfirman,
لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ [الحج/67]
Bagi tiap-tiap umat Kami telah tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini, dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya, kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj : 67)

Ayat di atas menggunakan kata kerja perintah (fi’il amr) “wad’u ilaa rabbika, serulah kepada tuhanmu.” Tujuan utama dakwah telah ditetapkan dengan tegas oleh Allah dengan rumusan Ilallah atau ilaa rabbika.

Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman,
وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [القصص/87]
…dan serulah mereka kepada Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang musyrik (QS. Al-Qashash : 87)

Perintah berdakwah mengajak manusia ilaa rabbika, kepada Tuhanmu, dikaitkan langsung dengan larangan syirik. Hal ini semakin memperjelas rumusan tujuan utama dalam dakwah, yakni semata-mata mengajak manusia kepada Allah tanpa mempersekutukan dengan sesuatu apapun.

Allah juga berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا أُشْرِكَ بِهِ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآَبِ [الرعد/36]
…katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali” (QS. Ar-Ra’du : 36)

Ilaihi ad’u (kepada-Nya sajalah aku menyeru manusia) dan wailaihi ma’aab (kepada-Nya aku kembali). Proses dakwah harus senantiasa terjaga autentisitasnya, menyeru kepada Allah, dan berpaling dari selain Allah. Pada bagian lain, Allah menggambarkan tujuan utama dakwah sebagai ilaa sabiili rabbika, sebagaimana firman—Nya,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ [النحل/125]
Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik… (QS. An-Nahl : 125)

Menyeru manusia menuju kepada jalan Tuhan, bukan jalan-jalan yang lain, sebab hanya jalan Allah yang lurus. Allah menghendaki umat dibawa menuju jalan yang satu, jalan Allah, jalan ketuhanan, yang akan menyelamatkan manusia.

Tujuan dakwah yang dilakukan oleh setiap utusan Allah dari zaman ke zaman senantiasa sama, yakni mengajak manusia kepada Allah, tak ada tujuan yang lain. Mereka mengajak umatnya, agar menyembah hanya kepada Allah dan menjauhi tuhan sesembahan selain Allah.

Nabi Nuh a.s. mengajak umatnya menyembah Allah,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ [الأعراف/59]
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A’raf : 59)

Demikian pula Nabi Hud a.s., beliau menyeru umatnya menuju tauhid, sebagaimana firman Allah SWT,
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ [هود/50]
Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain Dia…” (QS. Hud : 50)

Nabi Shaleh a.s. mengajak kaum Tsamud menyembah kepada Allah semata dengan meninggalkan sesembahan selain-Nya (QS. Al-A’raf : 73). Nabi Syuaib menyerukan hal yang serupa kepada penduduk Madyan (QS. Al-A’raf : 85). Pendek kata, seluruh rasul telah diberikan misi yang sama kepada umatnya masing-masing, sebagaimana telah difirmankan Allah SWT,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ [النحل/36]
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut itu”… (QS. An-Nahl : 36)

Dengan demikian, seluruh aktifitas dakwah dari masa ke masa hingga akhir zaman tiba, telah disatukan oleh kesatuan tujuan utama, yaitu mengajak manusia kepada Allah dengan menyembah-Nya tanpa mempersekutukan dengan ilah-ilah yang lain.

Beberapa Keutamaan Besar yang Lain (Lahaa Fadhaa’il ‘Azhiimah Ukhra)

Terdapat sejumlah keutamaan yang amat mendasar pada kalimat syahadat yang diikrarkan setiap Muslim, selain yang disebutkan sebagiannya di muka. Diantara keutamaan yang fundamental pada kalimat syahadat ini adalah sebagai berikut:

Memberikan Kejelasan Identitas (I’tha’ Wudhuuh Al-Hawiyyah)
Seseorang yang telah mengikrarkan syahadat akan memiliki identitas dan karakter diri yang jelas dan kukuh. Ia menjadi pribadi yang spesifik (mutamayiz) dan segera terbedakan dengan yang lain. Seseorang yang berikrar syahadat akan tercelup dalam warna ketuhanan dan kenabian dalam segala aktifitas hidupnya.

Keimanan yang diikrarkan dengan kalimat syahadat akan membuahkan karakter diri, sebagaimana manusia dengan beraneka ragam ideologinya akan memiliki batas-batas identitas yang jelas dan membedakan mereka dari yang lain. Seseorang yang terwarnai oleh ideologi kapitalisme akan melahirkan pandangan, sikap hidup, dan tingkah laku yang sesuai dengan prinsip kebendaan. Demikian pula jika seseorang terwarnai oleh ideologi sosialisme atau komunisme, akan melahirkan pandangan, sikap hidup, dan tingkah laku yang khas sesuai tuntutan ideologi tersebut.

Kalimat syahadat melahirkan pandangan, sikap hidup dan perilaku yang rabbani. Cara berpikir, sudut pandang, cara merasakan, cara menikmati, sampai pada hal-hal praktis aplikatif dalam kehidupan, seperti: perkataan, perbuatan, penampilan, dan selera, akan terwarnai dalam keimanan kepada Allah. Inilah identitas yang sangat jelas dan kuat pada setiap orang yang mengikrarkan syahadat.

Mendatangkan Kebahagiaan Hakiki (I’tha’ haqiqah As-Surur)
Kalimat syahadat akan memberikan kebahagiaan hakiki kepada setiap orang yang mengikrarkannya. Kebahagiaan adalah masalah hati dan cara merasakan kehidupan. Tanpa dibimbing oleh iman yang terungkap dalam ikrar syahadat, seseorang akan cenderung memiliki hati yang tidak mengenal batas kebutuhan, perasaannya serba tidak puas dengan segala yang dimiliki, serta merasa serba kurang dengan berbagai kelimpahan harta dan sarana yang ada.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak ada kebahagiaan dan kenikmatan sempurna bagi hati, kecuali dalam mencintai Allah (mahabbatullah) dan taqarub kepada Allah dengan hal-hal yang dicintai-Nya. Mahabatullah tidak mungkin terwujud, kecuali dengan berpaling dari yang dicintai selain-Nya. Inilah hakikat laa ilaaha ilallah. Ia adalah agama Ibrahim Al-Khalil, juga agama semua nabi dan rasul.”

Demikianlah, kebahagiaan hakiki menjadi milik orang berikrar syahadat, karena mereka telah memilih jalan yang benar.

Rasulullah bersabda,
اسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه
Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha ilallah secara tulus ikhlas dari hatinya (HR. Bukhari)

Mengantarkan Umat Menuju Kemenangan (Qiyaadah Al-Ummah Nahwa An-Nashr)
Jika kita tengok sejarah kenabian, faktor apakah yang menyebabkan kaum Muslimin generasi pertama mencapai kemenangan dakwah? Sejumlah faktor bisa kita kemukakan, diantaranya soliditas umat Islam, kepemimpinan yang tangguh, ketaatan dan loyalitas kepada pimpinan, semangat juang yang tinggi, semangat pengorbanan dan kekuatan tekad. Akan tetapi, landasan apakah yang mengantarkan kaum muslimin generasi awal memiliki sikap-sikap seperti itu?

Tidak ada jawaban lain, kecuali pengaruh kalimat syahadat dalam jiwa mereka. Ikrar setia kepada Allah dan Rasulullah SAW telah membuat mereka merelakan segala yang dimiliki untuk diberikan hanya kepada Allah. Harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa telah mereka serahkan sepenuhnya untuk Allah. Lihatlah ketangguhan dan kegigihan para sahabat dalam memperjuangkan kebenaran Islam! Tanpa ragu, mereka melakukan pembelaan terhadap kebenaran hingga kematian menjemput mereka.

Sebaliknya, jika umat Islam tidak lagi memegangi kalimat syahadat yang terjadi adalah kehinaan menimpa mereka. Musuh-musuh akan bergembira melihat kelemahan kaum Muslimin. Terjadilah degradasi moral dan kerusakan akhlak, dalam berbagai segi kehidupan, sehingga tidak ada lagi komitmen terhadap Allah dan rasul-Nya. Dalam kondisi inilah kaum Muslimin senantiasa mencapai titik puncak kehancuran dan kelemahannya.

Mengantarkan Orang ke Surga (Qiyaadah Al-Insaan nahwa Al-Jannah)
Rasulullah SAW dalam banyak keterangan memberikan kabar tentang keutamaan kalimat syahadat. Orang-orang yang berikrar syadahat, akan mencapai surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
من مات وهو يعلم أنه لا إله إلا الله دخل الجنة
Barangsiapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, ia masuk surga. (HR. Muslim)

Abu Hurairah bercerita, bahwa Rasul SAW bersabda,
أشهد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله لا يلقي الله بهما عبد غير شاك فيهما إلا دخل الجنة
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selai Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu Allah dengan kedua kalimat itu dan tidak ragu-ragu dengan keduanya, kecuali masuk surga (HR. Muslim)

Demikian juga Nabi SAW bersabda,
فمن لقيت من وراء هذا الحائط يشهد أن لا إله إلا الله مستيقنا بها قلبه فبشره بالجنة
Maka Siapa saja yang engkau temui di balik tembok ini, akan bersaksi bahwa tiada tuhan yang disembah selain Allah dengan keyakinan hati, sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga (HR. Muslim).

Keterangan-keterangan di atas menunjukkan sedemikian besar keutamaan kalimat syahadat. [sumber: Buku Seri Materi Tarbiyah; Syahadat dan Makrifatullah]



READ MORE >>

Bingkai Kehidupan

"Save Palestine" Demonstration in Semarang

"Save Palestine" Demonstration in Semarang
Semarang, 21 Maret 2010

Mars PKS

Mars Partai Keadilan SEJAHTERA - Watch more Videos at Vodpod.

Harapan Masih Ada

Aktifitas Aleg DPRD Kota Semarang


Ketua DPC dan Ketua Kaderisasi DPC PKS Gajahmungkur

Ketua DPC dan Ketua Kaderisasi DPC PKS Gajahmungkur
Evendi Sunarko, SPd dan Sutopo, SE

Sekretariat DPC

Dewan Pengurus Cabang
Partai Keadilan Sejahtera
Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
Jl. Menoreh Utara I/7 Semarang-Jawa Tengah
Telp (024)8501042

Jadwal Sholat

 

Copyright © 2009 by DPC PKS Gajahmungkur Rindu Semarang Berubah Powered By Blogger Design by PKSGM-Team